Kamis, 11 November 2010

Artikel

Periode 1990-2000, artikel-artikellah yang mengepulkan asap dapur saya. Sebulan, 5-12 artikel saya dimuat di berbagai media. Namun, tahun 2000 hingga kini, saya memutuskan gak lagi nulis artikel. "Gak ada tantangan, dan nulis artikel begitu mudah," kata batin saya waktu itu. Maka saya pun memutuskan fokus menulis buku.

Sekadar sharing, buku 60 Management Gems: Applying Management Wisdom in Life (Gramedia Pustaka Utama, September 2010) adalah buku saya bersama A.B. Susanto. Saya duduk manis menulis selama 3 bulan, hasilnya sama dengan saya menulis 60 artikel. Jika artikel kita ditentukan oleh redaktur opini, kadang sebel, karena kriterianya gak jelas. KKN banget. Redaktur opini sering punya selera sendiri, sementara rambu-rambu persyaratan yang ditulis di media hanyalah sekadar basa basi.

Berdasarkan pengalaman telah menulis dan menerbitkan lebih dari 4.000 artikel sejak 1984, inilah tips bagaimana menulis artikel.
***
Sebelum masuk pembahasan lebih detail tentang bagaimana menulis artikel, alangkah baik jika pada bagian pembukaan ini dipahami lebih dahulu tujuan menulis pada umumnya. Apakah tujuan menulis? Seluruh tujuan menulis ialah mengomunikasikan secara jelas dan lengkap gagasan atau pemikiran penulis.

Ketika dan usai membaca tulisan yang baik, kita kerap tersentuh dan terkesan. Untuk beberapa saat sanggup mengingat seluruh gagasan yang ditulis. Mengapa?

Kita tersentuh karena penulis terampil memilih kata-kata untuk mengungkapkan gagasannya. Kita sanggup mengingatnya karena penulis pandai menyentuh emosi dengan diksi (pilihan kata) yang terarah pada emosi. Demikianlah, setiap tulisan yang baik akan meninggalkan kesan pada pembaca.

Etimologi dan Pengertian Artikel
Asal usul, atau etimologi, artikel dapat ditelusuri dari kamus Latin-Indonesia (K. Prent, C.M., dkk. 1969: 68) yang menjelaskan etimologi “artikel” sebagai berikut, “articulus yang berarti bagian atau pasal.” Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 66) menjelaskan “artikel” demikian, “karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.”

Dari pengertian kamus di atas, dapat disimpulkan bahwa artikel ialah bagian atau pasal dari sebuah wacana (tulisan) yang panjang. Dengan kata lain, artikel ialah tulisan prosa pendek, umumnya berkisar antara 700-1.200 kata.

Sebagai karya tulis pendek yang lengkap, artikel merupakan ragam tulisan nonfiksi yang terdiri atas pembukaan, isi, dan bagian penutup. Ide, atau topik, yang disampaikan dalam artikel –meskipun dikatakan “lengkap”, tidak dimaksudkan ditulis secara detail seperti halnya sebuah tesis. Kelengkapan artikel bukan ditakar dari detailnya, namun dari struktur dan keutuhan gagasan yang disampaikan.


Teknik Menulis Artikel

Sebagaimana halnya menulis ragam tulisan lain, menulis artikel pun tidak sekali jadi. Dalam menulis artikel, dibutuhkan proses kreatif yang tentu saja tidak sama pada setiap penulis.

Ada penulis yang sangat lancar menuangkan gagasannya ke dalam tulisan untuk satu topik. Namun, untuk topik yang lain, barangkali dibutuhkan waktu dan energi esktra. Cepat tidaknya menyelesaikan sebuah artikel kerap bergantung pada topik, mood, penguasaan masalah, dan suasana ketika menulis artikel tersebut.

Adakah rumus yang manjur bagaimana menulis sebuah artikel agar dapat dimuat surat kabar, tabloid, dan majalah? Bagaimana kiat menulis artikel yang selain menarik, juga enak dibaca dan meninggalkan kesan yang mendalam pada pembaca?
Rumusan yang dimaksudkan memang ada! Inilah rumusan yang berlaku secara umum.
- Pemilihan tema yang aktual
- Topik menarik perhatian sebagian besar pembaca
- disajikan dengan bahasa yang mudah dimengerti (populer)
- Gagasan disusun secara terstruktur, mengalir, dan jelas disertai contoh konkret
- Penyajian tidak bertele-tele
- Panjang artikel 700-1.200 kata
- Gaya penulisan padat dan bernas
- Tulisan jelas dari segi logika dan bahasa (clear thinking dan clear writing)
- Siap-saji. Artikel yang dikirimkan tidak merepotkan editor untuk mengedit dan mengolahnya kembali, kecuali Anda benar-benar seorang pakar
- Meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca

Akan tetapi, rumusan umum di atas dapat saja tidak berlaku, manakala seorang penulis merupakan penulis pemula. Yang sering terjadi adalah subjektivitas redaktur opini dari media yang dikirimi naskah.

Jika pengirim naskah dikenal secara pribadi, atau jika saja naskah itu merupakan naskah “titipan” maka kemungkinan besar akan dimuat. Meski demikian, ada juga redaktur opini yang cukup objektif. Asalkan sebuah naskah memenuhi syarat dan kaidah yang dipersyaratkan maka naskah tersebut akan dimuat.

Banyaknya media semakin memberikan ruang bagi penulis artikel. Yang kerap terjadi adalah naskah sama yang ditampik suatu media, lalu dikirimi ke media lain yang sesuai dan dimuat. Berdasarkan pengalaman faktual maka rumusan yang “tidak umum” sebuah artikel sebagai berikut.
- Mintalah syarat-syarat atau kriteria pemuatan naskah dari suatu media
- Tanyakan topik atau tema apa yang mereka kehendaki
- Mintalah gaya selingkung (in house style)-nya
- Berkenalanlah dengan pengasuh rubrik secara personal



Isi (content)


Apa yang dimaksudkan dengan isi atau konten artikel?
Bukan hanya untuk artikel, konten adalah bahan pokok atau esensi dari setiap tulisan. Konten adalah blok bangunan dasar dari setiap tulisan. Sebuah tulisan tanpa isi, tidak akan ada orang yang sudi membacanya. Isi menjadi alasan utama orang membaca buku, jurnal, majalah, surat kabar, browsing web, atau mengunduh blog dan face book.

Nilai dari suatu tulisan pada umumnya, atau situs didasarkan pada isi. Jadi, manakala isinya baik, baik pula nilai yang dirasakan pembaca dari suatu medium. Namun, tidak mudah menghasilkan isi sebuah tulisan yang dianggap berharga oleh banyak orang. Khusus artikel, salah satu cara membuatnya bernilai ialah dengan meramunya sedemikian rupa sehingga isinya:
- informatif
- menarik
- memecahkan masalah
- menjawab pertanyaan
- dan ditulis dengan baik

Seorang penulis artikel harus menulis topik yang menarik sehingga memancing sebanyak mungkin orang membacanya. Topik harus aktual (dari kata latin actu yang berarti: mengandung unsur kekinian, kebaruan, hangat) dan menggunakan kata yang populer (dari kata latin populus) yang berarti: menggunakan kata yang akrab dengan segmen pembacanya.

Jangan menulis artikel terlampau panjang. Redaktur tidak punya banyak waktu untuk memotongnya atau menulisnya ulang. Sering terjadi, tema artikel menarik, namun karena terlalu kepanjangan, dan redaktur tidak ada waktu untuk menulisnya ulang sehingga tidak dimuat. Sesuaikan panjang artikel dengan space yang tersedia, hal ini dapat dilihat dari ketentuan dan tata aturan yang sudah digariskan. Namun, biasanya panjang sebuah artikel berkisar antara 700 dan 1.200 kata.

Artikel yang dimuat di suatu media adalah hasil dari sebuah proses kreatif. Tiap penulis memunyai proses kreatifnya masing-masing. Penulis sekaliber Arswendo Atmowiloto, William Chang, Christianto Wibisono, dan Goenawan Mohamad misalnya, mungkin sudah tidak memerlukan lagi mind map ketika menulis artikel. Mereka sudah mafhum bagaimana membagi space untuk menuangkan sebuah gagasan. Namun, untuk pembelajar, apalagi pemula, perlu mengikuti langkah-langkah yang berikut ini untuk menghasilkan artikel yang berdaya guna dan berhasil guna.

1. Tentukan topik artikel Anda
Ketika hendak menulis, yang pertama kali ditentukan bukan judul. Seorang penulis perlu memutuskan topik apa yang ingin ditulis. Apakah akan menulis topik tentang pendidikan, sosial, politik, real estat, gaya hidup, olah raga, seni, budaya, e-commerce? Setelah mendapatan gagasan pokok, selanjutnya penulis perlu memusatkan perhatian pada masalah yang lebih spesifik. Ada beberapa cara untuk melakukan ini. Salah satunya ialah membuat peta pikiran.

Peta pikiran adalah diagram yang digunakan untuk membantu penulis mengembangkan dan mengklasifikasikan ide, bagaimana menyusunnya, dan menatanya sehingga dihasilkan sebuah tulisan yang fokus, tidak melebar.

Dalam dunia penulisan, kerap pula disebut diagram sarang laba-laba (spider diagram) sebab gagasan pokok selalu berada di tengah-tengah persis seperti laba-laba yang senantiasa berada di tengah-tengah sarangnya. Adapun jaringannya adalah cabang-cabang gagasan pokok. Mana gagasan yang relevan dikembangkan dan disatukan, sedangkan yang tidak relevan dibuang, atau dijadikan tulisan yang lain lagi.

2. Lakukan riset (kecil) pasar untuk topik yang telah Anda pilih
Setelah menentukan topik, lakukan riset pasar-sasaran Anda untuk menentukan topik yang spesifik untuk artikel Anda. Apa kira-kira pertanyaan yang akan muncul di benak pembaca dan mereka ingin ketahui jawabannya? Atau apa masalah spesifik yang mereka alami yang dapat Anda bantu pecahkan? Lakukan pencarian secara online di bidang yang Anda minati dan lihat apa yang menarik bagi minat pembaca? Anda dapat juga mencari informasi baik di forum dan blog apa yang sedang trend dan melihat apa yang sedang dibahas di sana. Apa topik minggu, bahkan hari itu, yang sedang mencuat ke permukaan? Lalu, Anda ingin membahasnnya dari sudut pandang mana? Cara termudah membuat orang menemukan artikel yang berharga adalah dengan menjawab pertanyaan yang benar-benar nyata ditanyakan dan ingin diketahui pembaca.

3. Temukan kata kunci yang digunakan oleh segmen dari pasar sasaran Anda
Langkah ini penting karena menjaga Anda tetap membidik target pasar dan senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan mereka. Anda ingin menggunakan kata kunci tersebut dalam artikel Anda.

4. Brainstorming (dadarkan) topik untuk artikel Anda
Setelah memiliki informasi dari langkah-langkah sebelumnya, bertukar pikiran dengan sahabat dan andai taulan tentang topik artikel Anda kerap penting juga. Jika dirasa cukup, Anda dapat mulai menulis. Proses ini penting karena akan membantu mengalirkan kreativitas. Hanya mulai menulis sekumpulan kata dan frasa yang berhubungan dengan beberapa orang yang mengalami masalah, atau pertanyaan-pertanyaan mereka minta.

5. Tulis kesimpulan artikel
Ini tentu bukan sesuatu yang sukar karena Anda tinggal menyarikan apa yang baru saja Anda tulis. Penutup artikel yang baik akan meninggalkan kesan tertentu pada pembaca. Dapat dengan satu simpulan yang menyentak. Bisa pula dengan pertanyaan yang menggugat. Misalnya, “Bukankah kita juga bagian dari masyarakat yang demikian?”

6. Mulai menulis
Sekarang Anda memiliki topik, judul, gagasan, dan struktur dari artikel Anda. Anda dapat mulai menulis.

7. Tulis pengenalan artikel
Sekali Anda telah menulis seluruh badan artikel, selanjutnya akan mudah untuk menulis pengantar. Ingat, artikel dasar dimulai dengan mengatakan kepada pembaca apa yang Anda akan beritahu mereka. Huruf, kata, kalimat, dan paragraf pertama yang Anda tulis tidak harus “mati” demikian, yang tidak boleh diganggu gugat dan diubah-ubah lagi.

8. Buat judul
Setelah menulis artikel yang dianggap memenuhi target pasar, buat judul artikel yang efektif. Banyak orang menyangka judul harus dibuat lebih dulu sebelum mulai menulis. Tidak! Judul justru dibuat paling belakangan, sesudah tulisan jadi. Usahakan membuat judul yang memancing perhatian pembaca dan menarik mereka untuk meneruskan dan tetap berkanjang membaca artikel Anda.

9. Mengoreksi artikel
Setelah menulis, lakukan koreksi kembali. Periksa ejaan, tata bahasa, aliran gagasan, cek apakah khalayak sasaran sudah disapa atau belum. Jika memungkinkan, mintalah orang lain untuk membaca artikel Anda. Orang ketiga biasanya jauh lebih jeli mengamati kekurangcermatan atau kesalahan daripada penulisnya sendiri. Terimalah kritik yang membangun. Jadikan masukan itu penambah gizi bagi tulisan Anda!

10. Langkahkan kaki menjauh dari artikel
Jangan lihat artikel Anda setidaknya selama satu hari. Melangkah pergi dan lakukan sesuatu yang lain.

11. Membaca kembali artikel dan mengoreksinya lagi
Anda akan merasakan sesuatu yang lain ketika membaca artikel setelah beberapa waktu istirahat. Mengapa? Karena Anda sudah mengambil jarak. Ibaratnya, Anda kini berada di atas helikopter dan melihat ke bawah, dan kini menjadi terang semuanya. Anda dengan mudah membuat perubahan yang diperlukan dan kemudian siap menyelesaikannya. Jika masih belum merasa puas, ulangi lagi langkah 9 dan 10.

12. Sebelum memposting artikel, sebaiknya Anda menulis pengantar yang simpatik
Pengantar berisi penjelasan yang simpatik dan meyakinkan mengenai urgensi dan nilai suatu artikel sehingga redaktur benar-benar yakin bahwa artikel yang Anda kirimkan layak dimuat. Jangan lupa sertakan nomor telepon yang mudah dihubungi dan nomor rekening untuk memudahkan bagian adimistrasi mengirimkan honorarium. Sekarang saatnya membuat kotak sumber daya Anda. Kotak sumber daya adalah tempat Anda ingin mengarahkan pembaca untuk panggilan tertentu agar segera bertindak, seperti mendaftar ke mailing list tersebut, menelepon Anda, mengirimkan saran dan komentar ke situs web Anda, atau membeli produk atau jasa. Struktur yang baik untuk kotak sumber daya adalah menyatakan suatu masalah dan apa yang harus mereka lakukan untuk menghindarinya. Jika Anda memiliki cukup ruang, akan sangat membantu untuk meninggalkan kepercayaan tentang siapa Anda dan mengapa mereka harus mendengarkan Anda. Jika tidak memungkinkan melakukan yang lain, cukup di akhir artikel mencantumkan alamat surat elektronik Anda.

13. Biarkan dunia tahu artikel yang Anda tulis. Anda dapat menemukan tempat untuk mempromosikan artikel Anda

Mengembangkan dan Menuangkan Gagasan?
Setiap wacana berawal dari sepatah kata. Tulisan yang panjangnya ratusan ribu, puluhan ribu, seribu, dan seratus diawali dari sepatah kata. Masalahnya, dari mana mulai menulis? Inilah yang kerap menimpa penulis pemula sehingga sudah berjam-jam di depan layar komputer tulisan tidak jadi-jadi juga.

Ketika mengalami apa yang disebut writer’s block atau gagasan mampet dan kehabisan ide, teori bisa jadi dari kandas dalam praktik semacam ini. Jika demikian, apakah teori menulis tidak perlu? Tetap perlu sebagai landasan teoretis agar sebuah tulisan diakui umum dan sesuai dengan pakem yang diakui.

Teori itu harus sama dan sebangun dalam hasil akhir tulisan berupa naskah clean copy (siap saji atau siap di-posting). Namun, dalam proses kreatifnya tentu saja tidak harus mulai menulis dari awal, tengah, dan akhir sesuai dengan teori Gustav Freytag. Dapat saja penulis mulai menulis dari hal yang ia sukai. Penulis bebas mulai menulis dari mana. Kebebasan untuk mulai menulis ini disebut juga free writing. Namun, setelah diedit dan disempurnakan, tulisan bebas tersebut tidak bebas dalam bentuk , tetapi harus sesuai dengan kaidah dan teori menulis.

Perlu diberi catatan, tidak setiap orang dapat menulis sekali jadi. Pengalaman menunjukkan bahwa penulis profesioal menyelesaikan menulis sebuah artikel dalam tempo tiga jam. Artinya, artikel yang ditulis itu sempurna, mulai dari pemilihan topik, gagasan yang dituangkan cerdas dan bernas, penempatan dan penggunaan pungtuasi benar dan tepat, menarik, dan memenuhi standar kualifikasi media papan atas. Bahkan, proses kreatif satu tulisan dengan tulisan lain berbeda. Kerap tulisan yang dihayati dan disukai membutuhkan waktu relatif singkat untuk merampungkannya. Namun, untuk topik tertentu, kadang membutuhkan waktu lebih lama.

Bagaimana dengan penulis pemula? Sebelum menulis, penulis pemula sebaiknya membuat peta pikiran (mind mapping) lebih dahulu. Peta pikiran ini diperlukan bukan saja agar tulisan (gagasan) tidak melebar ke mana-mana, tetapi juga untuk memandu penulis akan mengarah ke mana, selain sebagai pedoman untuk mengetahui seberapa banyak porsi yang diberikan pada awal, tengah, dan akhir tulisan. Jangan sampai, karena keenakan menulis bebas, pada hasil akhir tulisan porsi awal (pengantar) jauh lebih banyak dibandingkan dengan isi. Ini tidak proporsional!

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa terdapat tahap-tahapan dalam menulis, mulai dari mencari ide (invention) hingga tahapan memeriksa kembali cetak coba (proofreading). Normatif itulah tahapan menulis yang harus dilalui. Namun, proses kreatif setiap tulisan tidak harus berjalan linear seperti itu, kecuali tahap pertama (invention) adalah wajib. Mengapa? Sebab tanpa diawali dari menemukan ide, tidak mungkin untuk mulai menulis.

Jika ide atau topik sudah ditemukan, bagaimana mengembangkannya? Menulislah dengan bebas. Jangan hiraukan urutan logis, kesalahan spelling, tanda baca, ejaan, akurasi nama orang dan nama tempat.

Jangan sekali-kali bertindak sebagai penulis dan sebagai editor pada waktu yang sama. Mengapa? Karena tulisan Anda tidak pernah rampung. Misalnya, ketika rasa ingin tahu untuk mengecek apakah kata “cek” jika mendapat awal me menjadi mencek atau mengecek? Anda akan membuka kamus, tidak ketemu. Membuka tesaurus, tidak juga bersua jawaban. Lalu Anda bertanya pada munsyi di Pusat Bahasa dan yang bersangkutan baru masuk bekerja esok hari. Apakah harus menunggu semalam baru melanjutkan menulis? Tidak! Beri catatan, atau

tanda, pada kata atau istilah yang Anda kurang yakin benar. Biarkan gagasan mengalir seiring dengan mood Anda, jangan pernah dibendung oleh rintangan yang tidak seharusnya menjadi hambatan. Ubah hambatan menjadi peluang!

Dari mana mulai menulis? Pada galibnya, menulis sama dengan berbicara. Menulis ialah berbicara di atas kertas atau berbicara melalui tulisan. Karena itu, setiap orang yang dapat berbicara, pasti dapat menlis. Uniknya, bahkan orang bisu pun dapat menulis.

Karena itu, mulailah menulis sebagaimana Anda mulai berbicara! Bahkan, menulis lebih mudah daripada berbicara. Mengapa? Sebab ketika berbicara, sekali diucapkan, kata-kata akan berlalu . Apa yang telah diucapkan tidak ada kesempatan memperbaiki dan menariknya kembali. Berbeda dengan menulis. Jika salah, kesempatan memperbaikinya terbuka lebar.

Mulailah menulis dari sepatah kata yang menjadi gagasan pokok, main idea atau central idea-nya. Salah satu medode untuk mengembangkan dan mengurutkan gagasan dimulai dengan menuliskan semua gagasan ke tulisan dengan sama sekali tidak peduli akan urutannya. Inilah tahap awal menulis, yakni menulis bebas dengan mementingkan aliran gagasan terlebih dahulu dan menafikan untuk sementara hal-hal lain yang bukan-gagasan. Mengapa gagasan ini penting? Sebab sebuah tulisan yang paling pokok adalah gagasan atau isinya.

Keberhasilan seorang penulis bergantung pada kecerdasannya menuangkan seluruh gagasan briliannya ke dalam tulisan. Dilengkapi dengan data dan informasi maka gagasan itu biarkan saja mengalir.
Untuk membantu mengalirkan gagasan, sebaiknya dibuat Lembar Gagasan seperti contoh yang berikut ini.


Lembar Gagasan (Orisinal)


1. Pada suatu acara bedah buku MCG, sempat terjadi insiden adu fisik yang melibatkan Aditjondro dan Ramadhan Pohan. Pohan menuding buku Aditjondro sarat fitnah, tidak ilmiah. Sebaliknya, Aditjondro bergeming dengan mengatakan, buktikan jika memang keliru!
2. Buku yang ditulis George Junus Aditjondro ini menjadi pemicu dan buah bibir yang dibicarakan secara nasional.
3. Pihak yang merasa dirugikan oleh data yang dibeberkan Aditjondro murka. Kebetulan, mereka masuk koloni, atau setidaknya dekat, dengan Cikeas. Cikeas adalah simbol RI-1 (Susilo Bambang Yudhoyono) dan trahnya.
4. Buku Membongkar Gurita Cikeas (MGC) terbit dan segera meyebar reaksi pro dan kontra.
5. Bagaimana menilai mana pihak yang benar dan mana yang salah? Pemberitaan media harus dilihat bagaimana media membingkai berita itu dan apa ideologi di baliknya.
6. Lepas dari pro-kontra, MCG menjadi pelatuk bagi kita untuk belajar berdemokrasi.


Itulah lembar gagasan. Seperti yang dapat dilihat, gagasan itu terlampau umum, masih terdapat kesalahan di dalam penulisan huruf, belum runtut logikanya. Setelah dicermati dengan saksama, alurnya belum urut.

Karena itu, ada gagasan yang harus ditukar tempat. Tahap selanjutnya, merevisi gagasan dan mengurutkannya. Menyesuaikan aliran gagasan dengan apa yang sedang dipikirkan khalayak saat itu (the mind of consumer) dengan menaruh gagasan yang memicu dan menyentak (inciting force).

Tidak ada komentar: