Senin, 16 Maret 2009

Menulis pun Bisa Kaya

Sriwijaya Post - Minggu, 25 Januari 2009 07:07 WIB

MENULIS mungkin bagi setiap orang hanya sekadar menuangkan gagasan dalam bentuk rentetan kata hingga membalur jadi satu kalimat. Tetapi tidak buat R Masri Sareb Putra. Lantaran gemar menuang ide kreatif melalui baris kata bermakna mampu menjadikan hidup berkecukupan.

Sehari-hari, Masri adalah dosen di Universitas Multi Media Nusantara (UMN) Jakarta yang termasuk dalam grup Kompas Gramedia. Namun kegemarannya menulis buku menjadikan
dia lain dibandingkan dosen yang lain.

Saat berkunjung ke kantor Sripo, Jumat (23/1), Masri mengungkapkan menulis khususnya menulis sebuah buku pun bisa kaya, paling tidak dia bisa mendapatkan honor tulisan atau royalti jika bukunya laris,” jelasnya.

“Siapa bilang, penulis tak bisa kaya?, meski bukan satu-satunya tujuan utama, nyatanya dari menulis kita bisa mengamankan periuk bahkan sebagai profesional,” tegas Masri yang pernah dipercaya sebagai penulis otobiografi politisi Sri Bintang Pamungkas dan Matori Abdul Jalil (alm) ini.

Di usianya yang masuk ke 47 tahun, sudah 42 judul buku ditulisnya. Untuk tiap 60 halaman buku kreasinya, pria yang dilahirkan di Jangkang Benua Pontianak mengaku dibayar Rp 3,5 juta. Selain itu kalau bukunya best seller tentunya akan mendapatkan royalti.

Prinsip menulis bukan bersumber dari bakat tetapi lebih kepada skill yang sifatnya bisa diasah dan dipelajari hingga menjadi sempurna dan mampu menghasilkan. Bila ditekankan sebatas bakat, tentulah sifat sekadar turun temurun saja, tanpa adanya proses pembelajaran. Justru kegemaran yang bersumber dari hobi mampu mengubah persepsi hingga pola pikir seseorang untuk maju. “Selama ini orang menganggap menulis itu bakat, padahal kalau bakat tanpa diiringi skill atau ketrampilan tentu tidak berjalan. Nah sebenarnya menulis pun bisa dipelajari,” jelas koordinator mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) UMN ini.

Selain itu kegemaran menulis tidak terbatas untuk profesi wartawan semata. Dengan menulis, bisa menjadi penyair, pencipta lagu hingga kekuatan menulis mampu menyembuhkan penyakit yang bersumber dari hati. Contoh kecil, misal kalau sedang marah, jangan langsung diluapkan. Sebaiknya simpan satu malam. Keesokan harinya tentu rasanya akan berbeda, Usai marah reda lalu tulis keluh kesah Anda dalam selembar kertas. “Nah, cara ini bisa menjadi terapi khusus pereda marah, hal ini bisa juga diterapkan untuk pasangan suami istri,” jelas pria berkulit putih sambil tersenyum simpul.

Resep khusus pun diberikan mantan wartawan UCA News. “Jangan berpikir menulis secara benar dulu tapi buatlah gaya menulis seperti Anda berbicara, jadi lepas saja luapkan apa yang ada dalam pikiran, lambat laun tentu akan memberikan taste yang berbeda hingga mampu menjadi sempurna,” beber pria yang berhasil menulis hingga 3.004 artikel sejak dia dudu di bangku SMP.

Masri yang mempunyai hobi tanaman hias dan ikan ini, selain full sebagai dosen di UMN, juga menjadi pembimbing kegiatan ekstra kurikuler jurnalistik di SD Mater Dei Pamulang dan SMA Tarakanita Gading Serpong. Dia juga pernah jadi guru SMA Kolese St Yusuf Malang dan SMEA II Pontianak ini.

Meskipun ditugaskan di manapun, hobinya membaca dan menulis tidak pernah pudar. Dan hobi menulis buku pula yang mengantarkan menjadi orang yang berkecukupan, buktinya meski hanya karyawan (sebelum dosen UMN, dia bekerja di unit Grasindo Kompas Gramedia, Red), Masri berdomisili di kompleks perumahan cukup elite di Tangerang, yakni Palem Semi.

Tidak ada komentar: