Selasa, 16 Juni 2009

Dosen Menulislah Sekarang Juga

Catatan:
Ini salah satu resensi buku saya, dimuat Tribune Borneo.Jika ada universitas/institut/sekolah tinggi yang ingin mengundang saya berbagi soal menulis akademik (academic writing) silakan kontak. Sebagai informasi, Institut Teknologi Surabaya, Sekolah Tinggi Hukum Militer, dan Akademi Sekretari Tarakanita Jakarta sudah. Juga univ. lain di Jakarta.

Oleh: Stefanus Akim

Judul Buku: How to Write: Your Own Text Book
Penulis : R. Masri Sareb Putra
Penerbit : Kolbu
Cetakan pertama : Juli 2007
Halaman : xvi + 192; 13,0 x 19,0 cm
_________________________________

Dosen menulis buku? Mengapa tidak bahkan sudah menjadi keharusan. Di Indonesia mungkin belum lumrah jika tenaga edukatif membuat buku ajar. Di negara-negara barat kondisinya terbalik. Justru dosen yang tidak menulis kemampuannya dipertanyakan.

“Para dosen, menulislah sekarang juga!” si pengarang – R. Masri Sareb Putra – mengawali tulisannya dengan judul yang sangat provokatif. Kata-kata itu seakan menusuk langsung di sanubari. Ia ingin membangkitkan semangat rekan-rekannya sesama dosen untuk mulai membuat buku ajar. Masri meyakini buku adalah salah satu sarana pendidikan yang sangat ampuh. Dalam kaitannya dengan proses belajar-mengajar di pendidikan tinggi, dan agar belajar-mengajar mencapai sasaran yang diinginkan, para dosen dituntut untuk sanggup menuangkan gagasan dan bahan pengajarannya ke dalam tulisan.

Lewat buku ini, pengarang yang juga dosen full time di Fakultas Komunikasi, Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta serta di jurusan Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Esa Unggul, ingin berbagi pengalaman dengan rekan-rekannya.

Menurut Masri, untuk memulai menulis yang terpenting adalah jangan ada rasa takut dan enggan. Waktu dan kesibukan jangan dijadikan kambing hitam untuk tidak mulai menulis.

Di bagi dalam empat bagian (bab) besar, buku ini mengulas sangat lengkap tentang kepenulisan buku ajar. Ini dimaklumi sebab teknik yang ada dalam buku ini sudah diujicobakan pada ratusan dosen di berbagai perguruan tinggi. Termasuklah kepada para peserta workshop penulisan buku ajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Universitas Mercu Buana, Universitas
Tarumaanegara, Universitas Al Azhar Indonesia, Akademi Sekretaris Tarakanita Kalimalang dan dosen Universitas Esa Unggul.

Masri sudah menulis 37 buah buku, artikel dan feature. Sejak tahun 1984, pria kelahiran Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat ini sudah menghasilkan 2.809 judul artikel. Sebuah karya luar biasa dan membuktikan dirinya penulis yang sangat produktif.

***

Buku ini juga memaparkan cerahnya pasar buku ajar di perguruan tinggi, motivasi, manfaat dan hambatan menulis, bagaimana membuat buku ajar yang powerful, serta membangun hubungan yang baik antara penerbit dan penulis.

Pengalamannya sebagai mantan Promotion Manager PT. Grasindo (1994-1996) dan Managing Editor PT. Indeks (2005-2006) sangat mempengaruhi bab empat tentang hubungan penulis dan penerbit (hal 131 dan seterusnya). Penulis seperti menceritakan sendiri bagaimana dinamika di ruang redaksi, teknik atau kiat agar karya penulis dilirik divisi redaksi dan selanjutnya bagian pemasaran setuju mencetak buku tersebut.

Dua bab pertama, penulis banyak memotivasi dosen-dosen calon penulis buku ajar agar mulai berkarya. Diawali gambaran prospek buku ajar, ragam buku untuk perguruan tinggi. Kemudian motivasi, manfaat dan hambatan menulis. Selanjutnya juga dibahas hal-hal teknis penulisan dan informasi-informasi bermanfaat lainnya. Termasuklah bagaimana gambaran materi yang bisa diraih para penulis.

Secara umum meskipun halamannya tidak terlalu tebal, namun buku yang ditulis penulis yang menyebut dirinya “baru” menulis 32 buku ini enak dibaca. Struktur penulisan khas model bahan ilmiah untuk kalangan kampus, namun bahasanya renyah untuk dikunyah. Bagi penulis yang sudah mahir buku ini tak terkesan menggurui, bagi yang pemula ia tetap santun.

Verba volant, scripta manet – apa yang diucapkan akan berlalu, tapi yang ditulis abadi selamanya.*

*Edisi Cetak Borneo Tribune 3 Februari 2007

Tidak ada komentar: