Sabtu, 30 April 2011

Madonna dan Monica

Madonna menjadi seorang trend setter global dan salah satu icon budaya pop (pop culture) tidaklah secara tiba-tiba, melainkan by design. Apa faktor-faktor yang membuat Madonna berhasil?

Pertama, faktor produser (musik) Madonna,
yakni Nile Rodgers production yang kreatif menangkap peluang dan berhasil membangun kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk dengan disco star Peter Brown untuk menata gaya Madonna.

Sang produser sangat paham warna dan jenis lagu yang cocok dibawakan Madonna. Tinggi rendahnya nada lagu disesuaikan dengan pita suara Madonna,
misalnya Madonna tidak akan menyanyikan lagu yang terlalu tinggi melengking atau terlampau rendah melemah.

Irama musik juga disesuaikan dengan lagu Madonna. Hampir tidak pernah Madonna menyanyikan lagu diiringi musik yang slow, akan tetapi selalu musik yang cepat, riang gembira, menghenak, dan riuh rendah. Hal ini nyata dalam "Borderline", album yang dirilis pada 1984, menyusul "Lucky Star", "Like a Virgin", "Material Girl" hingga "True Blue" (1986).

Kedua
, tim kreatif Madonna yang menata gaya (diskografi). Produser bekerja sama dengan penata gerak.

Ketiga, tim kreatif Madonna yang menata buasana. Tim kreatif inilah yang merancang mode pakaian untuk Madonna tampil, memikirkan penataan rambutnya, gerak gerik dan gayanya berlaga di panggung, hingga merancang aksesori apa yang digunakan Madonna termasuk aksesori itu cocok dipasang di mana? Madonna didesain menjadi penyanyi pop yang bukan saja enak didengar suaranya, melainkan juga menarik secara sensual.

Oleh tim kreatif, Madonna didesain menjadi sexy singer sebagaimana tampak dari busana yang dikenakannya ketika tampil.

Keempat, tim kreatif Madonna yang merancang dan memasang aksesori. Aksesori yang dikenakan Madonna sering unik, bahkan kerap dipasang pada bagian tubuh yang paling sensitif. Pernah Madonna mengenakan aksesori salib dan dipasang di bawah pusar. Ini menimbulkan heboh, sekaligus menuai kontroversi.

Kelima, tim kreatif Madonna yang menata panggung dan lampu. Penataan panggung dan lampu yang baik akan membuat efek tertentu pada penampilan sang artis.

Keenam, promosi dan marketing Madonna yang merancang promosi dan bagaimana memasarkan Madonna.

Akan tetapi, apa pun yang dilakukan orang-orang di balik Madonna akan menjadi sia-sia apabila Madonna sendiri tidak memunyai “sesuatu”, yakni kemampuan yang menunjang ketenarannya. Harus dikatakan bahwa lagu-lagu hits dan suksesnya Madonna ditunjang oleh warna suaranya yang merdu dan khas serta kebolehannya juga.
***
Di Indonesia, artis yang dapat meniru pola Madonna dapat dihitung dengan jari. Agnes Monica dan Inul Daratista adalah dua nama yang layak disebut. Kita dapat menyaksikan, setiap kali Agnes Monica tampil di panggung, khalayak seperti tersihir. Lagu-lagu Agmon (nama pop Agnes Monica) seperti “Matahariku”, “Karena Kusanggup”, dan yang cukup fenomenal adalah “Paralyzed” yang direkam di studio Michael Jackson dan menjadi salah top hits di Indonesia.

Fenomena Agnes Monica di Indonesia belum dapat disejajarkan dengan Madonna, meski untuk beberapa hal Agmon juga menjadi idola anak-anak muda. Banyak orang meniru mode rambut Agmon, menyanyikan lagu yang dibawakannya, meniru mode busana yang dikenakannya (celana pendek dan kaos T-Shirt dada terbelah), serta menggunakan kawat gigi.

Sementara fenomena “goyang ngebor” Inul Daratista memang sempat terjadi cukup lama dan hampir semua warga Indonesia tahu dan kenal Inul, bahkan demam goyang ngebor tersebut. Namun, fenomena itu tidak cukup lama bertahan. Penyebabnya, tim kreatif kita belum sehebat tim kreatif Madonna yang selain piawai memunculkan sang bintang ke permukaan, juga pandai me-maintenance ketenaran tersebut untuk jangka waktu yang lama.