Sabtu, 23 April 2011

The Spirit of Innovation

Pengantar
Seorang pembaca, usai pembaca tulisan di blog ini ihwal inovasi, menanyakan: adakah kriteria dan rumusan untuk menghitung tingkat inovasi? Memang ada. Tulisan sebelumnya hanya kulit luar. Berikut ini selengkapnya, dipetik dari buku saya dan AB Susanto, 60 Management Gems (Gramedia Pustaka Utama, 2010)
***

Bagi Anda yang akan bepergian ke Amerika, sempat-sempatkan berkunjung ke World Showcase pavilion. Lihatlah sebuah patung yang tegak berdiri di The American Adventure, Walt Disney World’s Epcot. Mungkin Anda bertanya, ke Amerika hanya melihat sebuah patung? Untuk apa? Tentu saja, untuk mendapatkan ide-ide dan menjala spirit inovasi.

Patung di The American Adventure bertuliskan “Spirit of innovation”. Menggambarkan seorang memperagakan hasil inovasinya di bidang teknik. Sungguh inspiratif. Meski sebenarnya spirit inovasi tidak hanya sebatas bidang teknik, namun juga merambah bidang-bidang lain.

Inovasi yang kita kenal, berasal dari kata Inggris “innovation”. Kata Inggris ini diderivasi dari kata Latin innovare yang berarti: membarui kembali dan novare yang berarti: membuat baru. Ketika membangun kembali sebuah rumah, kita mengatakannya sebagai renovasi. Re adalah kembali, sedangkan novasi berarti membangun.

Apakah inovasi sebatas membangun dan memperbarui? Ternyata pengertiannya luas. Inovasi dapat didefinisikan sebagai “memanfaatkan ide-ide baru untuk menciptakan produk, proses, dan layanan baru”.

Jadi, inovasi bukan sekadar penemuan (invention) gagasan baru yang penting, namun juga berarti “membawa ide-ide itu ke pasar”, dapat mempraktikkannya dan memanfaatkannya untuk mencipta produk baru, layanan baru, atau sistem yang memberikan nilai tambah atau untuk meningkatkan kualitas. Inovasi termasuk transformasi teknologi dan restrukturisasi manajemen. Inovasi juga berarti kemampuan untuk memanfaatkan teknologi dan menerapkan pemikiran out-of-the-box untuk memberikan nilai tambah dan membawa perubahan yang positif pada masyarakat.
Para pakar mengidentifikasi terdapat banyak tipe inovasi, seperti:
• inovasi produk yang mencakup produk baru atau layanan baru
• proses inovasi menyangkut produksi atau metode delivery
• inovasi supply chain di mana inovasi menstranformasikan sumber dari input produk dari pasar dan delivery dari output produk ke pelanggan
• inovasi marketing yang hasilnya dalam evolusi metode baru marketing dengan perangkat tambahan dalam desain produk, packaging, promosi dan harga, dan sebagainya.

MENGAPA INOVASI PENTING?

Mengapa inovasi penting? Studi-studi menunjukkan bahwa semua bisnis berubah. Perubahan itu haruslah disikapi dan disiasati dengan perubahan paradigma yang diawali dari inovasi. Survei menunjukkan bahwa hampir 90 persen pebisnis yakin bahwa inovasi menjadi prioritas utama mereka.

Kesimpulan yang didapat ialah bahwa inovasi semakin meningkat secara signifikan. Dalam skenario ekonomi hari ini, inovasi sudah menjadi faktor penting yang memengaruhi perencanaan stratejik. Sebagaimana diketahui bahwa inovasi membawa bisnis pada kreasi yang sehat. Meski efisiensi adalah faktor penting bagi kesuksesan bisnis, dalam jangka waktu lama, efisiensi tidak cukup kuat dalam menopang pertumbuhan bisnis. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam segala aspek.

Inovasi kerap diukur dari sejauh manakah perencanaan, gagasan, objek, dan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi membuat langkah-langkah baru yang revolusioner. Agar dapat disebut sebagai inovasi, suatu produk dan jasa perlu menunjukkan sesuatu yang baru dan berterima di pasar.

Pakar manajemen, Peter Drucker, mengatakan jika organisasi yang mapan sekalipun di abad ini tidak melakukan inovasi, maka akan musnah dan tinggal menjadi sebuah nama. Banyak organisasi mengadopsi ukuran-ukuran untuk memerkuat kemampuan mereka berinovasi. Termasuk perusahaan yang menciptakan sebuah sistem operasi baru, menjadikan inovasi sebagai indikator penting dari keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan.

Riset menunjukan bahwa kompetisi disertai dengan permintaan yang tinggi merupakan penggerak yang kuat untuk inovasi. Intensitas kompetisi adalah determinan dari inovasi dan produktivitas. Inovasi, di samping produk dan layanan, juga mencakup proses baru, sistem baru dari bisnis, dan metode baru manajemen. Kesemuanya itu berpengaruh secara signifikan pada pertumbuhan dan produktivitas.

Kita membutuhkan para inovator lebih banyak lagi dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Mengapa? Karena persaingan semakin ketat dan tajam. Sedemikian tajamnya, sehingga usaha apa pun kini makin mempersempit ruang gerak pelakunya karena “dikepung” oleh apa yang namanya persaingan usaha. Tidak pelak lagi, setiap organisasi dan bisnis merasakan dampak dari globalisasi, migrasi, revolusi dari ilmu pengetahuan dan teknologi, dan isu tentang perubahan iklim. Inovasi akan membawa nilai tambah dan akan memperluas basis lapangan pekerjaan. Inovasi merupakan keniscayaan, mengiringi kualitas hidup manusia yang semakin meningkat.

CIRI DAN MITOS INOVASI
Paul G.H. Engel menyebut setidaknya terdapat lima ciri inovasi yang disebutnya sebagai berikut.
• Continuity, and the use of new elements.
Disebut inovasi, manakala suatu organisi atau perusahaan sanggup mempertahankan kontinuitas. Dalam upaya mempertahankan keberlangsungan itu, suatu perusahaan atau organisasi dapat menerapkan elemen-elemen baru, seperti: meningkatkan produk dan layanan, menerapkan proses baru, merancang dan menerapkan sistem baru dari bisnis, dan mengimplementasikan metode baru manajemen.
• Intentionality, a wish to improve one’s way of doing things.
Benar-benar niat, harus punya keinginan untuk meningkatkan bagaimana cara menerapkan inovasi itu.
• Mental models that favor, limit or even impede.
Inovasi adalah soal model mental yang baik, batas norma-norma, atau seperangkat aturan yang menjadi pedoman untuk melakukan perubahan yang lebih baik.
• Institutional arrangements that enhance, reduce or suffocate. Peraturan perusahaan yang meningkatkan, mengurangi, atau mencekik leher.
• An social/relational context that enables, weakens or inhibits. Konteks sosial/ konteks relasi yang memungkinkan, melemahkan, atau menghambat.

Adapun mitos mengenai inovasi yang perlu dikritisi ialah bahwa inovasi kerap dimengerti sebagai:

• Hanya inovator yang dapat melakukan inovasi. Anggapan ini keliru, sebab siapa pun dapat melakukan inovasi. Inovator pun, sebelum dapat berpikir dan melakukan inovasi, bukan inovator.
• Jika para petani tidak dapat mengadopsi apa yang kita anggap baik dan benar bagi mereka, maka mereka adalah pecundang, bukan inovator. Inovasi ialah perubahan paradigma, bukan semata-mata melakukan sesuatu yang baru. Orang kebanyakan, seperti petani, juga dapat melakukan inovasi.
• Masyarakat pinggiran tidak dapat belajar satu sama lain, mereka memerlukan orang luar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Kadangkala kita berpikir bahwa perubahan atau inovasi harus datang dari pihak luar. Tidak harus demikian. Inovasi dapat muncul dari dalam, asalkan disertai dengan perubahan paradigma, perubahan mental, dan menuju sesuatu yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
• Inovasi ialah ihwal mengenai menggantikan orang yang lebih senior dengan orang yang lebih junior (innovation should replace the old with the new). Pembaruan tidak selalu trjadi ketika orang yang lebih junior mengganti posisi orang yang lebih senior. Inovasi tidak datang dari sekadar mengganti orang, melainkan dating dari perubahan mental dan paradigma.
• Inovasi hanya menyangkut soal teknik dan ekonomi, bukan pada aras sosial dan budaya. Banyak orang terlanjur memahami bahwa inovasi sebatas perubahan dalam bidang teknik dan ekonomi saja. Padahal, inovasi luas. Inovasi juga dapat berlangsung dan terjadi dalam bidang sosial dan budaya.

KESEMPATAN UNTUK INOVASI

Peter Drucker, bapaknya ekonomi manajemen, menyebut bahwa inovasi termasuk usaha menemukan cara baru dan metode terbaik untuk melakukan sesuatu. Kebanyakan di antara kita yang hidup di masyarakat modern menikmati hasil-hasil inovasi yang dilakukan orang sebelum kita. Kemudahan dan kenyamanan yang kita nikmati, termasuk peningkatan standar dan kualitas hidup, merupakan buah inovasi orang-orang sebelum kita.

Oleh karena itu, dalam pandangan Drucker, entrepreneurship dan inovasi adalah sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mengapa? Karena di satu sisi, entrepreneurship merupakan tindakan untuk mencari inovasi dan memetik keuntungan sebanyak-banyaknya. Dalam buku Innovative and Entrepreneurship Practice and Principles , Drucker menyebut terdapat tujuh sumber, atau tempat, untuk mencari dan mendapatkan kesempatan berinovasi.

Drucker menggarisbawahi terdapat berbagai sumber bagi kesempatan inovatif yang harus diperhatikan oleh mereka yang tertarik untuk mulai wirausaha. Ada sumber-sumber inovasi yang terdapat dalam dunia industri. Sementara ada pula yang berkaitan dengan lingkungan sosial. Apa saja sumber-sumber di mana kita dapat mulai suatu inovasi?

Pertama, the unexpected. Inovasi dapat dimulai pada suatu hasil yang tak terduga, kegagalan yang tak terduga, atau peristiwa di luar dugaan yang dapat menjadi awal dari sebuah peluang yang unik. Inovasi dapat dimulai berititk tolak dari kondisi ini.

Kedua, the incongruity. Perbedaan antara realitas dan apa yang orang asumsikan, atau antara apa adanya dan yang apa yang seharusnya; semua ini dapat menjadi kesempatan melakukan inovasi.

Ketiga, innovation based on process need. Manakala jaringan kerja lemah dan menjadi tidak komunikatif dan efektif, dan orang bekerja dalam struktur kerja dalam proses seperti itu, maka “the missing link” dapat menjadi kesempatan bagi seorang inovator melakukan pembaruan. Inovasi dapat mulai dari kebutuhan berproses.

Keempat, changes in industry or market structure. Kesempatan bagi inovasi produk, layanan, dan pendekatan bisnis tampak manakala terjadi pergeseran pasar. Seorang inovator jeli melihat celah ini dan akan melakukan inovasi. Perubahan industri dan struktur pasar ini harus pula diikuti pula dengan memerhatikan perubahan atau dinamika demografi (demographics). Perubahan yang terjadi pada aras penduduk, tingkatan usia, komposisi, tingkat pendidikan, dan income dapat menciptakan peluang untuk melakukan inovasi.

Kesempatan melakukan inovasi manakala dalam masyarakat terdapat asumsi umum tertentu, sikap dan perilaku tertentu, dan perubahan keyakinan. Inovasi dapat mengubah persepsi, mood, dan makna. Inovasi dapat dilakukan untuk mengubah persepsi, mood, dan makna. Produk baru dan pasar baru dapat datang dari dorongan atas berkembangnya bidang sains dan nonsains. Pengetahuan baru membuka peluang untuk melakukan inovasi.

Menurut Drucker, terdapat prinsip-prinsip dari inovasi yang perlu diperhatikan. Pertama, mulai dengan membuat analisis atas kesempatan yang tersedia (opportunity). Kedua, menganalisis kesempatan untuk mengetahui, apakah orang tertarik menerapkan inovasi itu atau tidak.Ketiga, agar efektif, inovasi haruslah sederhana dan dengan sangat jelas difokuskan pada kebutuhan yang sangat spesifik. Keempat, inovasi yang efektif mulai dengan sesuatu yang kecil. Dengan melakukan sesuatu yang kecil, kesempatan masuk pasar yang juga terbatas, suatu produk atau layanan juga tidak membutuhkan investasi besar.

Hanya sedikit pemain dan orang yang menjual produk dan layanan serupa. Akan tetapi, manakala pasar bertambah besar, maka pikirkanlah melakukan ekspansi usaha –dalam istilah saya, setelah start maka lakukan rolling. Anda masuk dalam persaingan. Di sanalah inovasi diuji keandalannya ketika upaya untuk tumbuh dan berkembang terus-menerus dilakukan. Dan yang kelima, Anda harus berpikir menjadi pemimpin pasar.

Manakala tidak ada inovasi yang mulai dari pembaruan kepemimpinan, maka mimpi itu tidak akan pernah jadi kenyataan. Kemepimpinan di sini berarti seorang pemimpin harus punya jiwa entrepreneurship yang –dalam istilah saya— disebut leadpreneurship.
Inovasi pada hakikatnya adalah perubahan proses pola pikir untuk melakukan sesuatu atau "barang baru yang dibuat berguna". Inovasi mengacu pada sesuatu yang radikal, perubahan revolusioner dalam hal pemikiran, produk, proses, atau organisasi. Seperti yang dikemukakan Schumpeter (1934), pakar yang banyak menulis mengenai inovasi, inovasi ditilik dari sisi hakikat, sebenarnya berbeda dengan invensi.

Inovasi ialah ide-ide diaplikasikan secara tepat guna dalam praktiknya. Dalam banyak bidang, seperti seni, ekonomi, dan kebijakan pemerintahan, segala sesuatu yang baru haruslah berbeda secara substantif untuk inovasi. Dalam bidang ekonomi misalnya, perubahan haruslah menaikkan nilai, customer value, atau nilai produsen. Tujuan dari inovasi terletak pada perubahan yang positif, membuat seseorang atau sesuatu menjadi semakin baik. Inovatsi membawa peningkatan produktivitas menjadi sumber penting dalam kemajuan di bidang ekonomi.

Adapun invensi ialah wujud segala sesuatu yang baru (the embodiment of something new). Invensi dan inovasi memiliki keunikan dalam implikasinya. Peningkatan dari wujud baru, komposisi, atau proses adalah sebuah invensi. Menurut literatur-litratur bisnis, suatu gagasan, suatu perubahan, atau suatu peningkatan, adalah inovasi manakala dapat diterapkan dan secara efektif dapat mendorong terjadinya reorganisasi sosial atau reorganisasi komersial.

Dalam dunia bisnis, inovasi dapat dengan mudah dibedakan dari invensi. Invensi adalah konversi secara langsung dari gagasan (invention is the conversion of cash into ideas).

Untuk menjelaskannya, angkatlah contoh yang berikut ini. Kita membandingkan Thomas Edison dengan Nikola Tesla. Thomas Edison adalah inovator. Mengapa? Karena Edison dapat menencetak uang dari gagasannya. Sedangkan Nikola Tesla adalah seorang inventor. Tesla menghabiskan uang untuk menciptakan penemuannya, akan tetapi sama sekali tidak mendapatkan uang dari hasil invensinya.

Dengan kata lain, inovator memproduksi, menghasilkan sesuatu, dan memetik keuntungan dari hasil inovasi mereka. Adapun inventor tidak memetik keuntungan sepeser pun dari karyanya. Malah, ia menghabiskan uang demi invesninya. Di situlah secara ekstrem letak perbedaan inovator dan inventor.

INOVASI DALAM ORGANISASI
Dari perspektif organisasi, definisi yang cukup komprehensif diberikan Luecke dan Katz (2003). Mereka menulis, "Innovation . . . is generally understood as the successful introduction of a new thing or method . . . Innovation is the embodiment, combination, or synthesis of knowledge in original, relevant, valued new products, processes, or services.

Sementara analisis isi dari terminologi "inovation" dilakukan Baregheh dan kawan-kawan (2009), terutama dalam konteks organisasi, sebagai berikut, "Innovation is the multi-stage process whereby organizations transform ideas into new/improved products, service or processes, in order to advance, compete and differentiate themselves successfully in their marketplace."

Apa pun yang dikatakan ihwal inovasi, satu kata kunci yang sama ialah bahwa inovasi selalu mulai dengan ide-ide kreatif (all innovation begins with creative ideas). Inovasi adalah hasil dari implementasi ide-ide kreatif dalam suatu perusahan dan atau organisasi.

Dalam perspektif ini, kreativitas seorang individu dan tim menjadi titik awal bagi inovasi. Ini diakui sebuah langkah penting, namun belum cukup. Sebagaimana halnya fungsi-fungsi bisnis, inovasi adalah juga proses manajemen yang menuntut disiplin, aturan, dan perangkat-perangkat pendukungnya.

Karena itu, inovasi lantas menyeruak menjadi kata yang sangat menarik dalam ilmu ekonomi. Adalah Joseph Schumpeter yang mendefinisikan inovasi yang hingga hari ini masih dipegang teguh. Dalam Theorie der Wirtschaftlichen Entwicklung, Schumpeter mendefinisikan inovasi sebagai:
1. Pengenalan terhadap suatu metode produksi.
2. Membuka pasar baru, pasar yang menyerap manufaktur di mana sebelumnya pasar belum ada, atau menembus pasar yang sebelumnya belum dimasuki.
3. Menjadi pemasok bahan di mana bahan yang sama sudah tersedia atau bahan itu baru sama sekali.
4. Membawa suatu organisasi kepada industri mana saja, menciptakan posisi monopoli atau malah menciptakan monopoli itu sendiri.

Para ekonom yang disebut Neo-Schumpeterian seperti Christopher Freeman dan Giovanni Dosieconomics mengembangkan gagasan Schumpeter lebih lanjut. Mereka merefleksikan apa yang disebut inovasi.

Inovasi juga dikembangkan para ekonom dalam berbagai variasi dan dalam berbagai konteks. Misalnya, Paul Romer yang mengembangkan teori entrepreneurship dalam bingkai New Growth Theory. Dalam jaringan dan konteks teori pertumbuhan itu, inovasi dapat dimengerti sebagai elemen baru yang diperkenalkan dalam kerangka perubahan, ongkos atau biaya dari transaksi antara dua aktor, elemen, persetujuan, dan berada dalam jaringan.

Seperti ditegaskan Davila et al. (2006), tujuan inovasi adalah pertumbuhan organisasi atau perusahaan. Perusahaan tidak dapat tumbuh dan berkembang hanya melalui reduksi biaya dan reengineering. Inovasi adalah kata kunci dalam pertumbuhan agresif top-line dan untuk meningkatkan hasil yang bottom-line.

TINGKAT INOVASI INDONESIA
Meski bagus dalam teori, kerap inovasi jatuh pada perangkap kegagalan. Kegagalan pertama ialah individu atau organisasi terperangkap pada mitos bahwa inovasi semata-mata berkaitan dengan pengembangan dan penciptaan produk baru. Manakala gagasan atau upaya “biasa-biasa saja” dan dinilai sebagai bukan sesuatu yang mendatangkan perubahan positif, tidak dianggap sebagai inovasi. Kegagalan inovasi juga terjadi manakala moral karyawan jatuh, sinisme, dan bahkan cenderung meningkatnya resistensi untuk berubah di masa yang akan datang.

Apa yang menjadi sumber kegagalan inovasi? Kegagalan inovasi umumnya terjadi karena empat hal:

Pertama, lemahnya kepemimpinan (poor leadership).
Kedua, lemahnya organisasi (poor organization).
Ketiga, lemahnya komunikasi (poor communication).
Keempat, lemahnya pemberdayaan (poor empowerment).
Kelima, lemahnya manajemen berbasis pengetahuan (poor knowledge management)

Apa ukuran keberhasilan inovasi? Umumnya, perusahaan mengukur keberhasilan inovasi dari balanced scorecards (BSC) yang mencakup beberapa aspek inovasi, seperti: pertumbuhan perusahan dalam relasinya dengan finansial, inovasi dalam hal efisiensi, motivasi karyawan, dan benefit perusahaan bagi pelanggan.

Tentu saja, tiap perusahaan memunyai nilai dan cita rasa pengukuran tersendiri, selain yang disebutkan di atas. Misalnya, ada yang memasukkan new product revenue, spending dalam R&D, time to market, persepsi karyawan dan tingkat kepuasan pelanggan, jumlah paten, hasil penjualan dihitung dari masa melakukan inovasi.

Pada aras politik, takaran keberhasilan inovasi lebih terfokus kompetitive advantage pada suatu daerah atau nagara yang dilakukan lewat inovasi.

Dalam konteks ini, kemampuan suatu organisasi dapat dievaluasi melalui berbagai kerangka evaluasi, seperti European Foundation for Quality Management. The OECD Oslo Manual (1995) menyarankan panduan standar untuk mengukur produk teknologi dan proses inovasi. Oslo Manual sejak tahun 2005 memerluas perspektif inovasi, kemudian memasukkan aspek marketing dan inovasi suatu organisasi. Standar ini digunakan the European Community Innovation Surveys.

Sementara itu, The Global Innovation Index adalah indeks global yang mengukur level inovasi suatu negara yang dihasilkan bersama oleh The Boston Consulting Group (BCG), the National Association of Manufacturers (NAM), and The Manufacturing Institute (MI), the afiliasi riset nonpartisan NAM.

Indeks terakhir dipublikasikan pada Maret 2009. Ranking negara yang diukur didasarkan pada input dan output dari inovasi. Input inovasi termasuk kebijakan pemerintah dan fiskal, kebijakan pendidikan, dan inovasi pada lingkungan. Sedangkan output inovasi mencakup paten, transfer teknologi, hasil R&D; kinerja bisnis, seperti produktivitas kerja dan total shareholder returns, serta dampak inovasi terhadap migrasi bisnis dan pertumbuhan ekonomi.

Diketahui bahwa Indonesia berada di urutan ke-19 dari 20 negara besar (berdasarkan GDP) sesuai takaran International Innovation Index. Korea Selatan di urutan pertama, Amerika Serikat di urutan kedua, Jepang di urutan ketiga, Swedia di urutan keempat, dan Belanda di urutan kelima. Adapun di urutan ke-20 adalah Brazil.

Spirit inovasi sudah tertanam di dada kita masing-masing. Kita sudah berinovasi pada aras individu. Namun, sebagai tim, belum. Tinggal bagaimana menyebarkan spirit inovasi itu di semua level. Dengan menyosialiasikan dan mengimplentasikan ide baru, termasuk ide tentang inovasi, kita sebenarnya mulai melakukan inovasi itu sendiri.
***
Boleh dikutip, asalkan menyebutkan sumbernya.

Tidak ada komentar: