Selasa, 22 Desember 2009

101 Hari Menulis & Menerbitkan Novel



Tiap kali, usai membaca sebuah novel, Anda berkata dalam hati,“Saya pun dapat menulis buku seperti ini”.

Anda benar. Saya yakin, semua orang memiliki sekurang-kurangnya satu novel dalam pikiran atau dalam hatinya.

Novelis Toni Morrison menunjukkan caranya, “Jika buku yang Anda ingin baca belum ditulis, maka Anda harus menulisnya”.

Saya senang sekali. Banyak orang menulis surat elektronik yang menyatakan, mereka terbantu dengan buku saya 101 HARI MENULIS DAN MENERBITKAN NOVEL. Bahkan, suatu hari saya kaget bukan main.

Ada calon novelis, berpendidikan S-2, yang menyerahkan amplop pada saya. Isinya, ending (penutup) novelnya nanti. Ia ingin menguji, sesuai anjuran saya di buku itu halaman 86, hari ke-21. Ini sepadan dengan nasihat Katherine Anne Porter, "Jika saya tidak tahu akhir sebuah kisah, saya tak sudi menulis!'

Sederhana saja. Calon novelis tadi mulai menulis berangkat dari kisah yang dialaminya sendiri. Benar, tiap orang potensial jadi penulis. Ini nasihat novelis besar, Toni Morrison.

Tahu siapa Toni Morrison? Dia penulis novel andal, peraih berbagai penghargaan tertinggi di bidang penulisan dan sastra. Pernah meraih penghargaan Pulitzer Prize pada 1988, lalu hadiah nobel sastra (1993). Novelnya yang terkenal, antara lain: The Bluest Eye (1970), Sula (1974), Song of Solomon (1977).


ToniMorrison

http://www.pinkmonkey.com/booknotes/monkeynotes/FreeCliffNotesToniMorrison.jpg

Menulis sebuah buku, bukanlah pekerjaan yang mudah. Meski demikian, setiap hari ada saja buku yang diterbitkan.

Menurut Books in Print tahun 1996, buku yang diterbitkan berjumlah 1,3 juta. Buku-buku yang dipublikasikan di Amerika tahun 1996 berkisar 140.000. Di Indonesia, satu hari terbit tidak kurang dari 30 buku. Jadi, kenapa Anda harus menunggu?

Saya yakin, jika Anda dapat menulis dalam bahasa Inggris yang sederhana (demikian- Ernest Hemingway- menulis), adalah pertanda bahwa dunia mengitarimu, dan keinginan menulis sebuah novel yang mudah dijual, sungguhkah Anda mau? Bukan sekedar mau, tetapi Anda lakukan.

Saya tidak yakin seseorang dapat menjadi penulis dengan mengikuti workshop, membaca berbagai literatur, termasuk membaca buku ini. Meski demikian, memahami menulis novel, terutama teknik bercerita (story telling) sangat penting. Setidaknya, kurva belajar Anda menjadi pendek. Anda dapat menghemat waktu. Sebab buku ini menunjukkan arah yang tepat dan membantu Anda untuk menulis novel hanya dalam 100 hari, bahkan kurang.

Ini pekerjaan. Saya telah melakukannya beberapa kali. Saya tahu apa artinya memeras waktu satu atau dua jam sehari untuk menulis. Menulis novel bukan hal yang gampang, apa lagi Anda tergolong orang yang sibuk dalam pekerjaan, keluarga, dan tanggungjawab lainnya, tetapi hal ini sangat-sangat mungkin.

Kenyataannya, kebanyakan penulis, telah melakukan pekerjaan rangkap sementara itu mereka masih menulis novel. Maka ketika menjual buku Anda yang pertama, boleh jadi posisi Anda merasa lepas dari pekerjaan rutin dan mencurahkan sisa hari hidup Anda untuk menulis seutuhnya.

Benar, Anda punya pekerjaan, rutinitas, dan keluarga. Namun, hal ini bukan alasan untuk menghentikan langkah para penulis besar masa lampau. Penyair Wallace Stevens adalah wakil ketua sebuah perkumpulan Asuransi dan seorang ahli dalam bidang Marketing. T.S. Eliot adalah seorang Banker yang muda. William Carlos William seorang dokter anak-anak. Robert Frost ahli peternakan unggas. Hart Crane pembungkus gula-gula pada perusahaan ayahnya, kemudian ia menjadi penulis iklan. Stephen Crane adalah seorang wartawan perang. Marianne Moore bekerja pada perpustakaan umum di New York. James Dickey bekerja untuk agen iklan. Archibald MacLeish direktur kantor fakta dan kenyataan dan ilmu hitung selama perang dunia II.

Di negeri kita, banyak novelis juga sibuk. Bahkan, tidak sedikit yang multitasking. Ayu Utami dan Fira Basuki adalah jurnalis. Mira W. dan Marga T. dokter. Naning Pranoto dosen. Yennie Hardiwidjaya, selain ibu rumah tangga, juga penulis skenario.

Lalu, apa yang menyebabkan mereka tetap dapat produktif menulis? Jawabnya ada tiga: Pertama, kemauan.
Kedua, kemauan.
Ketiga, kemauan.

Apa yang dibuat oleh seorang penulis? Barangkali ada satu peristiwa khusus, satu hal akan cepat terjadi dalam hidup dan membentuk pengertian yang indah dan kesadaran bagi penulis.

Sebagai contoh Jose Saramago, seorang penulis Portugis yang pertama menerima hadiah Nobel Sastra. Ayahnya seorang petani dan ibunya buta huruf. Di rumahnya, tidak ada buku, hampir 40 tahun pindah dari pekerja logam ke pelayan umum pada suatu penerbitan Surat Kabar. Ia sudah berumur 60 tahun sebelum diterima di sebuah rumah yang bertetangga dengan Baltasar dan Blimunda.

Sebagai seorang anak, waktu liburan dihabiskannnya bersama kakek-neneknya di sebuah desa bernama Azinhaga. Ketika ayahnya menderita stroke dan harus dibawa ke Lisbon untuk perawatan Saramago mengingatkan: “ia pergi ke tanah airnya, di mana banyak pepohonan, pohon ara, pohon zaitun, dan ia akan kehilangan satu persatu termasuk pohon-pohon dan menangis seraya berkata selamat tinggal pada mereka, sebab ia tahu mereka tak akan pernah kembali. Melihat dan mengalami semuanya ini apakah hal ini tidak menggugah hidupmu?” kata Saramango. Jika tidak, pungkasnya,“kamu tidak punya perasaan”.

Mulai dengan perasaan murni. Kembali ke prosa.

Tidak ada komentar: