Penerapan sistem penghalamanan (paginasi) sangat penting dalam sebuah naskah. Mengapa? Sebab penghalamanan adalah cermin sistematisasi satuan gagasan ke dalam bagian-bagian sampai detail. Semakin baik dan cermat penulis mensistematisasikan gagasannya maka uraiannya akan semakin mudah dimengerti.
Manakah gagasan yang sejajar, manakah yang lebih penting, dan manakah yang kurang penting, serta manakah menjelaskan yang mana akan tampak dari paginasi.
Lazimnya, terdapat empat sistem penghalamanan:
1. Gabungan angka romawi-arab.
2. Sistem angka dan huruf.
3. Sistem desimal.
4. Sistem lain (gabungan).
Gabungan angka romawi-arab
Contoh:
I. ……………………………..……………………..……….
1. …………………………………………….……….…..
(1) …………………………………………..…….……
(2)…………………………………………..…….…….
(3) ………………………………………………….…..
2. …………………………………………….………..….
3. ……………………………………………….……..….
(1) ……………………………………………….….…
(2) ………………………………………………….….
II. ……………………………………………………………..
1. ………………………………………………………....
2. ………………………………………………………....
III. ……………………………………………………………..
Sistem angka dan huruf
Contoh:
I. ……………………………..………….............................
A. ………...........................………………………….…..
1. …….............................……………………….……
2. …………............................………………….…….
3. ……………..............................……………….…..
B. …………………..........................………………..…..
C. ………………………...........................…………..….
1. ………………….……....................................….…
2. ……………................................……………….….
II. ………………………... ....................……….…………..
A ……………………………………..............................
B ……………………………………..............................
III. ……………………………………….....................….
Sistem desimal
Contoh:
1.1 .………………………..………….………......…….....…
1.2 ……………………………...…………..….………...…..
1.3 …………………………….………….....…………....….
1.4 ........................................................................
1.4.1 ……………………………....….........……....…….
1.4.1.1 ............................................................
1.4.1.2 ............................................................
1.4.2 ………………………………......…...…..….....…..
1.4.3 ............................................................................
1.5 ………………………………..…....……...................….
1.6 ……………………………………..…………...….....…..
1.7 ……………………….…………..……….…...….…....…
1.7.1 ……………………………...……..….....…......…..
1.7.2 ………………………………………….....…......…
1.7.3 ...........................................................................
1.7.4 ...........................................................................
1.7.5 ...........................................................................
1.8 ……………………………………………….…....……..
1.9 ………………………………………………….....……...
1.10 ................................................................................
Khusus untuk penghalamanan menggunakan sistem desimal kerap terjadi kesalahan mendasar. Setelah penomoran angka yang menunjukkan bab, subbab, dan sub subbab tidak diperlukan tanda titik (.). Alasannya penomoran tersebut menunjukkan satu gagasan yang utuh, jika diberikan tanda baca titik maka berarti gagasan sudah selesai atau berhenti sampai di situ dan disambung dengan gagasan yang baru lagi.
Untuk itu, perhatikan contoh penghalamanan pada sistem desimal, misalnya subbab 1.4 (tanpa diakhiri dengan titik), diteruskan dengan sub subbab yakni 1.4.1 (tanpa diakhiri dengan titik), dan karena masih ada pemikiran yang dipecah-pecah lagi menjadi sub dari subbab maka penomorannya menjadi 1.4.1.1 (tanpa diakhiri dengan titik).
Patut diperhatikan kerap terjadi kesalahan umum di dalam penerapan paginasi ini, terutama dalam hal konsistensi memilih sistem. Tidak menjadi persoalan menerapkan salah satu sistem, yang penting tahu alasannya dan konsisten di dalam penerapannya.
Yang lazim memang empat cara paginasi seperti di atas. Namun, kerap juga muncul variasi lain yang sebenarnya out of the box, namun karena sering diterapkan menjadi lazim seperti “sistem lain” di bawah ini. Sistem penomoran seperti ini kadang muncul dalam karya tulis populer dan situs-situs pribadi. Memang sebagai tanda cara paginasi seperti ini enak dilihat, namun sangat sulit untuk diacu.
SISTEM LAIN
Sistem ini tidak umum, namun dalam beberapa kasus, sering ditemukan.
1. Tidak dianjurkan pembedaan subbab, subsubbab, dan subsubsubbab dengan huruf kapital, misal: ANDA, Anda, dan anda.
2. Juga tidak dianjurkan menggunakan poin, misalnya: *, kotak □
Alasannya karena sukar mengacu pada poin yang dimaksudkan. Misalnya, buka bab 3, kotak ke sekian dari bawah (tidak langsung ketemu, mencari dulu dan butuh waktu!)
TATA KRAMA DALAM MENULIS
1. Jujur pada sumber (rujuk ke buku, hasil publikasi, dan pendapat). Kontraproduktif: promosi/iklan bagi sumber yang dikutip.
2. Mengutip yang persis sama: tidak melebihi 10%.
3. Penulis = koki. Meramu dan memasak dari berbagai bahan. Contoh: cap cay. Mengutip sumber juga ibarat membangun rumah. Rumah milik Anda, tapi bahan bangunan bisa mengambil dari mana saja.
4. Sistematika sendiri.
5. Contoh kasus (kalau misalnya sebuah rumusan, atau dalil tak mungkin diubah). Misalnya, angka 8 jadi 4, Ana jadi Anu, Kembang jadi Kambing.
6. Karya intelektual dianggap public domain: 50 tahun.
dari; bab 10 naskah buku How to Avoid Plagiarism (PT Indeks, dalam proses penerbitan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar