Rabu, 19 Mei 2010

If you can dream it, you can do it

Mulailah segala sesuatu dari “Mimpi”

Tidak mungkin mengatur (waktu) orang lain, jika seseorang tidak dapat atau tidak mampu mengatur diri sendiri. Agar mengatur waktu itu mempunyai landasan yang kuat, perlu ditetapkan terlebih dahulu mengatur waktu untuk tujuan apa?

Tujuan yang hendak dicapai kerap disebut “mimpi”, idealisme, atau goal. Sering membubung tinggi, namun bukan berarti tidak dapat dicapai. Justru tujuan sering dibuat seideal mungkin agar ada tantangan untuk mencapainya dan di dalam proses pencapaiannya ada tahapan-tahapan yang harus dialui dengan target-target tertentu.

Sehubungan dengan “mimpi” dalam hidup ini, Walt Disney suatu ketika berkata, "If you can dream it, you can do it." Jadi, jika kita bisa memimpikan sesuatu, kita juga dapat melakukannya. Sebaliknya, jika kita tidak berani dan tidak pernah memimpikan sesuatu, kita pun tidak akan pernah bisa meraihnya.

Disneyland, sebagaimana diketaui, dibangun dalam 366 hari. Mula-mula dibangun di atas reruntuhan puing. Kini American theme park yang terletak di Anaheim, California, milik dan dioperasikan Walt Disney Parks and Resorts division of The Walt Disney ini menjadi salah satu legenda dunia. Walt Disney dibangun dari mimpi. Namun, dilandasi pula dengan perencanaan –termasuk perencanaan waktu—yang baik.

Karena itu, dalam perencanaan, rencanakan pula
• Menghancurkan rencana yang tidak mungkin dicapai lalu bangunlah rencana baru di atas puing-puing kehancuran rencana lama, seperti Walt Disney.
• Rencanakan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap semester, setiap tahun.
• Anda selalu dapat mengubah rencana, namun yang penting Anda harus melaksanakannya!

• Memperjelas tujuan Anda bagaimana mencapainya.
• Meminta orang lain mengerjakan pekerjaan yang membuang-buang waktu, sebab

Anda bisa mengerjakan sesauatu yang lebih besar.
• Terlibat dalam pendelegasian.
• Bekerja lebih efisien dengan atasan / bawahan Anda.
• Terampil menggunakan teknologi untuk menghemat waktu.
• Mengatasi stres.
• Menangguhkan waktu pelaksanaannya.

Mengapa Manajemen Waktu Penting?
Mengapa manajemen waktu penting? Manajemen waktu penting agar mimpi menjadi kenyataan atau tujuan yang ditetapkan tercapai. Manajemen waktu yang buruk akan menimbulkan stres. Stres dapat memicu orang mengambil jalan pintas. Lebih parah dari itu, manajemen waktu yang buruk dapat mengakibatkan orang kehilangan akal sehat.

Sebagai contoh, seorang karyawan di sebuah kantor yang manajemen waktunya buruk. Ia selalu terlambat datang ke kantor. Karena terlambat, jam kantor (office hours)-nya lebih sedikit dibandingkan yang lain, padahal beban atau target yang dipikulkan kepadanya sama dengan yang lain. Pada akhir bulan, ketika capaian-capaian individu digelar dan yang bersangkutan tidak mencapai target, ia menjadi stres. Stres menyebabkan produktivitas menurun. Produktivitas yang menurun menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Pada akhirnya, berdampak pada dikeluarkannya karyawan yang bersangkutan. Karena dikeluarkan, karyawan tadi lalu mendapat masalah baru. Yakni kehilangan sumber pendapatan keluarga.

Selain contoh di atas, manajemen waktu yang buruk juga terkait dengan kecenderungan atau tindakan untuk mengulur-ulur pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu sehari misalnya, baru diselesaikan dua hari kemudian.


Waktu yang terus berlalu
Filsuf Yunani kuna, Heracleitos mengatakan, “Ta panta rei, panta hwrei, kai ouden menei”. Artinya, tiada yang tetap di dunia ini. Semuanya mengalir bagai air. Yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Dan perubahan itu terjadi dalam rentang waktu.

Syahdan, adagium itu diucapkan Heracleitos tatkala sedang mencari keteduhan, merendamkan kaki di air sungai yang sedang mengalir. Ia mengamati bahwa air yang mengalir ke hilir, yang sudah sejuk membasuh kakinya, tidak mungkin kembali ke hulu lagi. Demikian juga waktu. Saat yang berlalu, tidak mungkin diputar dari titik nadir kembali.

Waktu yang berlalu, dan bagaimana manusia mesti menghargai dan menyiasatinya, kemudian menginspirasi pujangga tersohor kebangsaan Romawi, Horatius (65-8 sM). Dalam salah satu bukunya, Odes, yang terbit pada 23 M, ungkapannya yang tersohor adalah “carpe diem”. Bunyinya sebagai berikut, “Dum loquimur, fugerit inuida aetas: carpe diem, quam minimum credulla postero” (Ode 1, 11,8).

Artinya: Ketika kita sedang bicara, waktu yang iri itu tengah berlari: maka tangkaplah (peluang) hari ini, dan sesedikit mungkin memercayai hari esok”.

Waktu yang iri terus berlari. Atur strategi. Kejar dan tangkaplah ia!

Tidak ada komentar: