Belum lama ini, kita membaca laporan media sebagai berikut.
- Gelar Doktor Si Anu di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Bandung dicabut karena ditengarai yang bersangkutan melakukan tindak plagiat.
- Musisi kondang dituntut karena terbukti lagu yang dinyanyikannya hasil plagiat.
- Seorang blogger komplen bahwa artikelnya dimasukkan mentah-mentah dalam blog sebuah institusi terhormat di negeri ini.
Apakah semua tindakan di atas plagiat? Nanti dulu! Mari kita bicara atas nama keadilan, hukum yang berlaku baik nasional maupun internasional, kepatutan, kebiasaan akademik (ilmiah), dan penafsiran dan persepsi masing-masing tentang plagiat.
Agaknya, tidak ada masalah yang lebih hangat dibicarakan di kalangan sivitas akademika akhir-akhir ini, selain tindak plagiat. Sedemikian akrab kita dengan istilah “plagiat”, namun baru segelintir orang yang mafhum arti, definisi, dan ruang lingkupnya. Bisa jadi, pelaku tindak plagiat disebabkan yang bersangkutan belum paham arti, definisi, dan ruang lingkup plagiat.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa plagiator melakukan perbuatan mencuri gagasan orang lain karena tidak paham bagaimana etika dan tata cara mengutip sumber. Ini tindak plagiat yang tidak disengaja karena ketidaktahuan.
Lalu, dan ini yang patut dicela, plagiator melakukan tindak plagiat karena sengaja. Ia malas berpikir dan bekerja keras. Ingin serba instan. Karena itu, yang bersangkutan menempuh jalan pintas dengan mengambil begitu saja karya orang lain dan mengklaim sebagai miliknya. Yang bersangkutan mempublikasikan karya itu tanpa menyebut sumber dan mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang baru.
Ada pula tindak plagiat yang terjadi karena mispersepsi. Tertuduh tindak plagiat belum tentu melakukan penjiplakan, namun ada pihak yang mengklaimnya plagiator karena terjadi perbedaan tafsiran mengenai arti, definisi, dan ruang lingkup plagiat.
Secara etimologis, plagiat berasal dari kata Inggris plagiarism (1615–25), sebelumnya plagiary (1590–1600). Kata Inggris ini diderivasi dari kata Latin, plagiārius yang berarti: penculik (anak), penjiplak . Kata kerjanya plagio yang berarti (saya) mencuri. Plagiārius sama artinya dengan plagiator.
***
Kasus tindak plagiat akhir-akhir ini mengemuka. Pelakunya didorong oleh berbagai motivasi dan sebab. Penanangan kasusnya pun beragam, mulai dari duduk bersama dalam satu meja perundingan, sanksi akademik, sanksi sosal, hingga diselesaikan di meja hijau.
Banyak alasan mengapa orang melakukan tindak plagiat. Namun, biasanya disebabkan dua hal. Pertama, karena sengaja melakukan. Kedua, melakukannya karena tidak tahu. Kedua tindakan ini sama-sama tidak dibenarkan secara hukum.
Bagaimana menyiasati dan menanganinya secara hukum bilamana terjadi tindak plagiat?
Buku ini mengupasnya dengan tuntas.
***
Buku saya ke-57, diterbitkan PT Indeks. Daftar isinya:
Bab I Plagiat: Arti, Definisi, dan Ruang Lingkup
Bab II Mengapa Melakukan Tindak Plagiat?
Bab III Kiat Menghindari Plagiat
Bab IV Menguasai Masalah
Bab V Menulis dan Mengembangkan Gagasan
Bab VI Mengutip dan Mengolah Sumber
Bab VII Mengembangkan Gagasan
Bab VIII Teknik Membuat Catatan
Bab IX Membuat Indeks
Bab X Penghalamanan (Paginasi)
Bab XI Mengutip Sumber Cara Harvard
Daftar Pustaka
Biografi Singkat
Sinopsis
Terdapat berbagai cara di dalam mengutip bibliografi yang dalam dunia akademis dikenal dengan style, gaya, atau gaya selingkung. Yang paling lazim, dan karena itu diadopsi banyak kalangan, ialah gaya Vancouver (Vancouver Citation Style) dan gaya Harvard (Harvard Citation Style).
Gaya Vancouver umumnya diadopsi oleh kalangan akademik di Australia dan sebagian Indonesia. Sementara gaya Harvard banyak diadopsi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Yang manakah dari kedua gaya tersebut yang paling baik? Kedua-duanya benar dan baik. Yang membedakannya ialah soal kepraktisan dan kenyamanan pembaca dalam mengidentifikasi sumber acuan. Tidak ada salah satu yang lebih benar dibandingkan dengan yang lain, yang paling pokok ialah bahwa gaya manakah yang dianut agar penulis (dan institusi) selalu konsisten dengan gaya tersebut.
Penulis sendiri cenderung menganjurkan untuk menggunakan gaya Harvard dibandingkan dengan gaya yang lain. Mengapa? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya dipaparkan bagaimana Vancouver Citation Style dan Harvard Citation Style.
GAYA: BUKAN LEBIH BAIK ATAU LEBIH BURUK
Gaya ialah padanan untuk istilah Inggris style yang didereivasi dari kata Latin, stilus yang berarti: pasak tulis (berujung runcing untuk menulis pada lilin, gaya bahasa, gaya mengarang ). Dalam konteks ini, style ialah gaya atau kebiasaan tertentu di suatu komunitas (warrant science) yang karena kekhasannya dan keunggulannya ditiru atau dipakai oleh sekelompok atau komunitas lain.
Perlu diberikan catatan bahwa dalam gaya ini tidak ada benar atau salah. Yang ada ialah bahwa gaya yang satu berbeda dibandingkan dengan gaya yang lain. Boleh saja memilih salah satu gaya dengan, tentu saja, pertimbangan khusus dan pilihan tersebut hendaknya konsisten. Jangan mencampuradukkan satu gaya dengan gaya yang lain.
Lazimnya dalam mengutip sumber yang terintegrasi dengan badan teks, referensi ditempatkan dalam kurung.
Terdapat dua metode yang berbeda ditinjau dari caranya hadir dalam badan teks yang sumbernya selalu hadir pada bagian akhir kalimat.
Pertama, "penulis-tanggal". Ini terutama digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan yang direkomendasikan oleh organisasi profesional seperti American Chemical Society dan American Psychological Association (APA).
Dalam metode penulis-tanggal (juga disebut "gaya Harvard", "referensi Harvard", gaya APA, gaya ACS, atau "sistem Harvard" di lembaga pendidikan yang berbasis di Inggris, tetapi tidak memiliki hubungan dengan Harvard University), kutipan terintegrasi dengan badan teks ditempatkan dalam tanda kurung setelah kalimat atau bagian yang daripadanya kutipan mendukung, termasuk nama penulis, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang sesuai.
Sebagai contoh, berikut ini data buku.
Penulis: R. Masri Sareb Putra
Judul buku: Berani Nulis, Berani Kaya: 101 Writing Businesses You Can Start from Home
Tahun terbit: 2008
Tebal: xv + 111 halaman
Penerbit: Brilliant
Kota tempat tinggal penerbit: Surabaya
Gagasan pokok buku tersebut ialah mengenai bisnis penulisan. Jika seorang penulis ingin mengacu pada buku tersebut dan mengutip secara utuh halaman 17 misalnya, untuk mendukung gagasannya bahwa di masa datang kecerdasan word smart ini akan booming maka ia akan menulis demikian.
“Word smart adalah bisnis dan profesi masa depan! Dengan menguasai keterampilan ini, seseorang dengan mudah mendapat pekerjaan dan penghasilan. Tumbuh kembangnya media, baik cetak maupun elektronika, mendorong permintaan tenaga kerja yang cakap di bidang word smart semakin tinggi pula. Seseorang yang memiliki word smart akan semakin mendapat tempat (Masri 2008 hal. 17) atau (Masri 2008:17).
Sebuah data lengkap referensi dapat ditemukan dalam bagian Daftar Pustaka yang senantiasa terdapat dalam bagian postliminary atau bagian akhir dari sebuah buku.
Misalnya,
Putra Sareb, R. Masri. 2008. Berani Nulis, Berani Kaya: 101 Writing Businesses You Can Start from Home. Surabaya: Brilliant.
***
Pembaca yang ingin memesan buku ini dapat menghubungi penulis via email atau meninggalkan pesan dalam blog ini.
2 komentar:
I apologise, but, in my opinion, you are not right. I suggest it to discuss. Write to me in PM, we will communicate.
Please write down in which part you don't agree and what your reason about that?
Posting Komentar