Kekuatan sekaligus juga kelamahan. Kita acap kali diingatkan soal ini. Dalam bisnis juga demikian. Misalnya, kita kuat dalam hal tertentu. Namun, begitu kekuatan ditiru lawan atau diserang oleh pesaing, kita kelabakan.
Bagaimana kelemahan sekaligus kekuatan, baiklah kiranya jika kita cermati kisah rambut jalin Simson.
***
Alkisah, pada suatu kali, ketika Simson pergi ke Gaza, dilihatnya di sana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia. Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: "Simson telah datang ke sini," maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-malaman itu di pintu gerbang kota, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak berbuat apa-apa, karena pikirnya: "Nanti pada waktu fajar kita akan membunuh dia." Tetapi Simson tidur di situ sampai tengah malam. Pada waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta palangnya, diletakkannya di atas kedua bahunya, lalu semuanya itu diangkatnya ke puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron. Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah Sorek yang namanya Delila. Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin kepada perempuan itu sambil berkata: "Cobalah bujuk dia untuk mengetahui karena apakah kekuatannya demikian besar, dan dengan apakah kami dapat mengalahkan dia dan mengikat dia untuk menundukkannya. Maka kami masing-masing akan memberikan seribu seratus uang perak kepadamu." Lalu berkatalah Delila kepada Simson: "Ceritakanlah kiranya kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar, dan dengan apakah engkau harus diikat untuk ditundukkan?" Jawab Simson kepadanya: "Jika aku diikat dengan tujuh tali busur yang baru, yang belum kering, maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain manapun juga." sedang di kamarnya ada orang bersiap-siap. Kemudian berserulah perempuan itu kepadanya: "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!" Tetapi ia memutuskan tali-tali busur itu seperti tali rami yang terbakar putus, apabila kena api. Dan tidaklah ketahuan di mana duduk kekuatannya itu. Kemudian berkatalah Delila kepada Simson: "Sesungguhnya engkau telah mempermain-mainkan dan membohongi aku. Sekarang ceritakanlah kiranya kepadaku dengan apa engkau dapat diikat." Jawabnya kepadanya: "Jika aku diikat erat-erat dengan tali baru, yang belum terpakai untuk pekerjaan apapun, maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain manapun juga." Kemudian Delila mengambil tali baru, diikatnyalah dia dengan tali-tali itu dan berseru kepadanya: "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!" --di kamar ada orang bersiap-siap--tetapi tali-tali itu diputuskannya tanggal dari tangannya seperti benang saja…… Sesudah itu dibujuknya Simson tidur di pangkuannya, lalu dipanggilnya seorang dan disuruhnya mencukur ketujuh rambut jalinnya, sehingga mulailah Simson ditundukkan oleh perempuan itu, sebab kekuatannya telah lenyap dari padanya (Kitab Hakim-Hakim 16: 1-31).
Sepenggal kisah Simson dan Delila di atas mengingatkan kepada kita bahwa kekuatan sekaligus juga kelemahan. Kekuatan Simson terletak pada ketujuh rambut jalinnya. Ketika kekuatan itu dipatahkan dengan kelembutan (rayuan maut Delila karena diiming-imingi uang dan harta), Simson terkulai lemah tak berdaya.
Pelajaran apa lagi yang dapat kita petik dari kisah Simson? Banyak. Selain kekuatan sekaligus kelemahan, juga mengingatkan kepada kita bahwa kekuatan dapat dikalahkan dengan kelembutan dan bujuk rayu. Di balik kekuatannya yang luar biasa, ternyata Simson kalah oleh kerling mata wanita bernama Delila. Tanpa menyadari sedang diperangkap, Simson jatuh dalam pangkuan Delila dan ia memaparkan semua rahasia di balik kekuatannya.
***
Kisah Simson juga menugingatkan akan adanya musuh di luar diri kita yang siap mengancam dan membunuh sewaktu-waktu. Seperti musuh-musuh Simson, orang-orang Gaza (ternyata sejak dulu jalur Gaza ini bermasalah!) sudah coba melawan secara frontal, head to head. Selalu kalah karena kekuatan mereka jauh di bawah Simson. Mereka tidak putus asa dan terus mencoba. Akan tetapi, selalu saja gagal. Raja-raja kota orang Filistin punya akal, mereka lantas membujuk seorang wanita bernama Delila untuk memerangkap Simson.
Taktik menyusup kekuatan dari dalam ini terbukti jitu. Delila dikirim sebagai mata-mata. Di sini tepat ungkapan, “If you can't beat them, join them.” Serangan diawali dengan menyusupkan kekuatan lewat wanita. Lewat sebuah usaha yang tidak mengenal lelah, akhirnya misteri kekuatan Simson terkuak. Ketika kekuatannya diketahui, segera kekuatan itu dihancurkan. Itulah misteri rambut Simson yang hingga hari ini masih melegenda dan kerap menjadi metafora baik dalam dunia kemiliteran, bisnis dan manajemen, serta dalam kehidupan sehari-hari.
Teknik menyusup masuk kamp dan menerobos markas musuh untuk mengetahui kekuatan dan menghancurkan dari dalam ala raja-raja Filistin dengan mengirim Delila ke pangkuan Simson, kemudian dipraktikkan dunia militer. Teknik menyusup dan menghancurkan dari dalam ini sangat luar biasa. Tanpa menaruh curiga, mata-mata dapat mengetahui kekuatan musuh. Lalu memberikan informasi selengkap-lengkapnya untuk kemudian diadakan serangan mendadak.
Mengapa cara menyusup yang ditempuh? Tentu ini sesudah melalui pertimbangan yang matang. Apabila kekuatan musuh jauh lebih besar daripada kekuatan kita, jangan sekali-kali frontal. Sebab, frontal hanya akan membuka front secara terbuka. Musuh dengan mudah menghancurkan kekuatan kita dan tidak satu pun peluru andalan yang tersembunyi lagi untuk melakukan serangan balik yang berefek kejut.
Menurut hemat saya, praktik penyusupan ini merupakan pengamatan lingkungan (environmental scanning). Dengan mengirimkan Delila ke pangkuan Simson, sebenarnya raja-raja kota orang Filistin mengamati lingkungan. Lewat Delila, mereka mengetahui kekuatan musuh dan menghancurkannya dari dalam.
Dari kisah Simson kita melihat bahwa fokus kekuatan Simson yang terletak pada ketujuh rambut jalinnya berhadapan dengan taktik pengamatan lingkungan yang dipraktikkan oleh raja-raja kota orang Filistin. Judul tulisan ini secar telak menyimpulkan demikian, sebab memang begitulah kenyataannya.
Dalam ilmu marketing, teknik menyusup yang dipraktikkan raja-raja kota orang Filistin juga dikenal dengan baik. Tahukah Anda istilah “marketing intelligence?” Kotler (2000) mendefinisikannya sebagai, “A marketing intelligence system is a set of procedures and sources used by managers to obtain their everyday information about pertinent developments in the environment in which they operate. The marketing intelligences system supplies data about the market.”
Sementara Hutt and Speh (1989) mendefinisikannya sebagai’ “marketing intelligence system is that it is a system for capturing the necessary information for business marketing decision making.”
Tujuan utama intelijen pemasaran ialah membantu para manajer pemasaran membuat keputusan untuk mengatasi masalah yang dihadapi setiap hari di berbagai bidang tanggung jawab. Sistem intelijen pemasaran meliputi riset pemasaran, Marketing Information System (Mis), dan Decision Support System (DSS).
Menurut Kotler (2000), terdapat ada empat langkah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas intelijen pemasaran.
Pertama, melatih dan memotivasi para sales force untuk terampil dan menang dalam “pertempuran di lapangan” karena mereka adalah mata dan telinga perusahaan. Mereka berada dalam posisi yang sangat baik untuk menangkap dan menyadap segala informasi untuk kemudian diolah menjadi tindakan yang menguntungkan perusahaan.
Kedua, memotivasi distributor, pengecer, dan perantara lain untuk meneruskan intelijen penting.
Ketiga, membeli informasi dari pemasok luar/ perusahaan yang secara khusus bergerak di bidang riset. Mereka ini mengumpulkan data dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang dapat dilakukan sendiri.
Dan keempat, mendirikan pusat informasi pemasaran internal untuk mengumpulkan dan menyebarkan intelijen pemasaran. Intelijen pemasaran jelas merupakan fungsi yang luas dan kompleks yang secara dramatis memengaruhi efektivitas dan kualitas keputusan pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar