Sabtu, 21 Agustus 2010

Eye Communication

Mengatakan sesuatu tanpa kata-kata sudah menjadi bahan kajian sejak lama. Ilmu komunikasi yang mempelajari soal itu menyebutnya sebagai bahasa tubuh, body language. Lebih spesifik, ihwal bahasa mata dibahas dalam “eye communication” .

Namun, setiap suku bangsa berbeda memaknai komunikasi mata. Hal itu sangat dipengaruhi oleh durasi, arah, dan kualitas dari sikap mata. Misalnya saja, pada suatu kebudayaan durasi kontak mata amat menentukan, meski secara tegas tidak menyatakan sebagai sebuah hukum yang berlaku umum.

Di Inggris dan Amerika Serikat, rata-rata lama dari tatapan mata adalah 2,95 detik. Rata-rata lamanya saling tatap mata (dua orang saling kontak mata) adalah 1,18 detik.

Manakala lamanya kontak mata kurang dari 1,18 detik maka itu berarti seseorang kurang tertarik akan kita dan topik pembicaraan kita. Atau ia seorang yang pemalu atau ia khusyuk. Manakala jumlah waktunya sesuai, maka bolehlah disimpulkan bahwa seseorang menunjukkan minat yang besar pada kita.

Dalam budaya Amerika, kontak mata langsung (direct eye contact) menunjukkan ekspresi jujur, lagi berterus terang. Namun, bagi masyarakat Jepang, kontak mata kadangkala menunjukkan rasa kurang hormat. Orang Jepang akan melirik wajah lawan bicara dan ini hanya dilakukan sekejap saja.

Dalam budaya Hispanic, kontak mata langsung menunjukkan kesetaraan. Namun, sangat tabu bagi anak-anak atau orang yang lebih muda atau bawahan. Ini menunjukkan sikap kurang ajar dan menantang. Coba amati bagaimana kontak mata ketika orang penduduk Tokyo, San Fransisco, dan San Juan berkomunikasi. Pasti tatapan mata langsung mereka berbeda satu sama lain .

Memahami budaya dan kebiasaan etnis atau bangsa tertentu menjadi penting dalam komunikasi mata.

Kontak mata, dengan demikian, tidak bisa dihindari di dalam berkomunikasi. Meski terucapkan melalui kata, toh komunikasi mata tetap dirasakan penting. Ini karena mata tidak bisa berbohong.

Kita dapat menggunakan kontak mata untuk memonitor umpan balik. Misalnya, ketika berbicara dengan seseorang, kita memandangnya secara saksama. Kita lantas berkata, “Baiklah, apa yang sedang kamu pikirkan?” Atau “Tanggpi dong apa yang baru saja kita katakan.”

Kita juga akan memandang seseorang agar ia tahu bahwa Anda mendengarkannya. Studi menunjukkan bahwa pendengar lebih banyak menatap pembicara dibandingkan pembicara yang menatap pendengar (Knapp & Hall, 2002).

Pandangan matanya tertuju pada suatu titik: ia terkejut atau terluka. Itu beberapa di antaranya. Saya berpikir, ketika seseorang bertambah tua maka ia akan merasa lelah menggunakan bahasa verbal yang acap kali, toh walaupun sudah dituangkan secara eksplisit pesannya tidak sampai secara sempurna maka ia akan beralih kepada bahasa mata. Apalagi, biasanya ketika menjadi tua body language-nya pun menjadi kurang ekspresif lagi. Jadi jika anda ingin mempunyai kesuksesan “di dalam hubungan dengan orang-orang tua” terutama di dalam bisnis atau kehidupan perhatikan dan dengarkan bahasa matanya.

Kita kini mafhum bahwa ketika gembira, adrenalin mengalir dan melebar bola mata. Tapi harus diperhatikan sebagai mitra baru bola mata luas juga dapat menunjukkan kemarahan atau rasa takut sebagaimana halnya asmara!

Kontak mata merupakan bagian penting dari hubungan interpersonal. Mempertahankan kontak mata cenderung memberikan kesan kejujuran dan ketulusan. Sebaliknya, kurang melakukan kontak mata menunjukkan kurangnya minat, kurang tulus, rasa malu atau perasaan superioritas.

Ketika pertemuan pertama dengan seseorang, penelitian menunjukkan bahwa kontak mata mungkin cukup kaku hanya dengan tatapan bergerak dari satu mata ke mata yang lain. Akan tetapi, sebagai salah satu gerakan, mata rileks mulai melirik sekitar untuk menyertakan mulut. Suatu tanda menggoda yang meningkat dengan memandang bagian tubuh yang lain.

Berkedip juga merupakan tanda tubuh yang penting. Dua orang yang berkomunikasi tatap muka cenderung lebih sering berkedip, dan tingkat berkedip mereka cenderung sinkron.

Akirnya, mata mereka berkedip pada frekuensi yang sama. Sebaliknya, sering berkedip dalam lingkungan bisnis cenderung ditafsirkan sebagai menyimpan kecemasan dan menunjukkan kurangnya rasa percaya diri.

Berkedip dapat juga mengganggu pendengar. Karena itu, seorang eksekutif harus berusaha untuk mengurangi tingkat berkedip mereka.

Di samping kedipan, kita pun perlu memberdayakan alis untuk mengatakan sesuatu. Alis bahkan merupakan tanda silang budaya paling universal karena dapat mengekspresikan interest.

Ketika melihat seseorang yang menarik, atau mendengar ide yang menarik, kita cenderung mengangkat alis dan kemudian membiarkannya jatuh, secara tidak sadar.

Ketika menggoda, naik turunnya alis cenderung sesaat (sekitar seperlima detik). Namun demikian, alis sering bekerja bersama-sama dengan kontak mata. Politisi dan pengusaha seringunakan bagian tubuh penting ini untuk menekankan sesuatu ketika bernegosiasi. Sudut pandang menjadi penting dalam komunikasi.

Mata memberikan informasi banyak dalam komunikasi. Banyakan psikolog membaca isyarat tubuh lebih dulu sebelum yakin tentang interpretasi mereka.

Menatap seseorang lurus-lurus mungkin tidak mengungkapkan kejujuran. Tetapi mata dapat memberitahu Anda tentang apa pun juga.

Tidak ada komentar: