Sabtu, 05 Februari 2011

Internet dan Media Baru

Internet dan media baru merupakan dua gagasan yang saling berkorelasi. Oleh karena itu, struktur artikel ini akan menjelaskan internet, media baru, dan korelasi keduanya.

Internet tidak dapat hanya dilihat dari sudut arsitektural atau alatnya saja tanpa melihat fungsinya sebagai sistem informasi global (Robert E. Kahn dan Vinton G. Cerf (1974, Douglas E. Comer (2007). Comer melihat tigas aspek Internet sebagai berikut,
First, the Internet provides digital communication service. It allows one to transfer a set of numbers from one computer to another. Numbers stored in a computer can be used to encode almost any information including the letters in a document, sounds, or pictures. Second, like telegraph, at the lowest level the Internet encodes all data using two values. The Internet uses zero and one, the two binary digits. Third, the Internet hides the details of data encoding from the user (Douglas E. Comer, 36-37).

Internet menggunakan teknologi digital menjadi alat yang fleksibel untuk menampung dan meneruskan segala macam informasi; jaringannya luas, dan dapat diakses banyak orang secara bersama-sama (Douglas E. Comer, 2007: 21).

Jaringan ini memungkinkan manusia saling berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, dan memanipulasi informasi untuk berbagai kepentingan. Internet mengubah ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.

Perkembangan teknologi komunikasi telah menciptakan lingkungan global yang membuat penghuninya menjadi lebih dekat satu sama lain. Selama revolusi industri, manusia mengusahakan mesin untuk memperbesar kekuatan otot hewan dan manusia. Dalam era informasi, orang berusaha memperbesar kekuatan otak dengan menempatkan kekuatan teknologi informasi secara global.

Menurut Shirley Biagi (2010), kedudukan Internet semakin penting. Di Amerika, Internet telah menggeser media siar. “…the Internet began to replace broadcast news because it is more immediate” (Biagi, hlm. 257). Tidak pelak lagi bahwa Internet telah menjadi teknologi komunikasi dan komputasi yang mengintegrasikan karena menyediakan konektivitas instan dan layanan informasi global untuk semua pengguna dengan biaya yang relatif rendah.

Jaringan internet dibagi ke dalam beberapa domain yang menurut standar IPv4 (Internet Protocol version 4) diidentifikasi melalui nomor IP 32 bit atau 4 angka biner yang dipisahkan dengan titik, sebagai contoh 124.6898.11.37.
Tipe domain standar antara lain:
• .com = organisasi komersial
• .edu = institusi pendidikan di Amerika
• .ac = institusi akademik
• .gov = institusi pemerintah
• .mil = organisasi militer
• .net = penyedia akses jaringan
• .org = organisasi non-profit
Domain juga dibagi berdasarkan negara, misalnya:
• .au = Australia
• .ca = Kanada
• .id = Indonesia
• .jp = Jepang
• .my = Malaysia
• .sw = Swedia
• .th = Thailand

Internet koeksistensi dan kooevolusi dengan media baru. Munculnya istilah “media baru” untuk membedakannya dengan media konvensional yang monolog. Media baru adalah media digital yang mengandalkan sumber daya listrik seperti ditegaskan Geoffrey Batchen dalam Wendy Hui Kyong Chun & Thomas Keenan (2006) bahwa “electricity made visible”.

Tentang komputerisasi sebagai artefak sekaligus jaringan Internet serta hubungannya dengan the new media, Batchen selanjutnya menegaskan,
Although new media depended heavily on computerization, new media was not simply “digital media”: that is, it was not digitized forms of other media (photography, video, text), but rather an interactive medium or form distribution as independent as the information it relayed” (Geoffrey Batchen dalam Wendy Hui Kyong Chun & Thomas Keenan, 2006: 27).

Dengan demikian, perlu untuk membedakan antara the new media sebagai medium interaktif dan media yang sifatnya massa ditinjau dari sisi distribusi, ekshibisi, dan bagaimana informasinya disampaikan. Untuk itu, perlu mengacu kepada apa yang oleh Lev Manovich disebut sebagai “The Language of New Media (Lev Manovich, 2001). Menurut Manovich, terdapat lima prinsip “how media became new” yakni: 1) numerical presentation, 2) modularity, 3) automation, 4) variability, dan 5) transcoding (Manovich, 2001: 18-61).

Kelima ciri di atas yang membedakan antara media lama dan media baru. Akan tetapi, “many new media objects are converted from various forms of old media…. Converting continuous data into a numerical representation is called digitalization” (Manovich, hlm. 28).

Mengikuti ciri di atas, selanjutnya Manovich menyebutkan bahwa yang termasuk media baru adalah media digital, seperti Internet, Web sites, computer multimedia, computer games, CD-Roms dan DVD, dan virtual reality yang menggunakan komputer untuk distribusi dan ekshibisinya daripada untuk produksinya.

Adapun media lama adalah media analog pada umumnya, termasuk fotografi dan patung. Akan tetapi, jika media lama ini “Converting continuous data into a numerical representation” sebagaimana ditegaskan Manovich, media lama ini mengalami proses digitalisasi dan menjadi media baru.

Sebagai contoh, koran edisi cetak yang merupakan media lama (analog) setelah mengalami proses digitalisasi dan datanya di-convert ke dalam representasi numerikal menjadi e-paper. E-paper kemudian didistribusi dan diekshibisi menggunakan komputer, sehingga menjadi new media.

Di mana korelasi antara Internet dan media baru? Di dalam distribusi dan ekshibisinya, media baru sangat tergantung dan mengandalkan Internet. Boleh dikatakan bahwa keduanya saling membutuhkan dan melengkapi. Internet bukan saja berfungsi sebagai medium (penyalur) informasi atau pesan media baru, tapi juga menjadi media komunikasi.

“The Internet has arrived, the world has changed,” tegas Douglas E. Comer (2007, hlm. 1). Sedemikian berubahnya dunia, sehingga seorang siswa SD di Chicago, Illionis menggunakan jaringan komputer untuk membaca artikel surat kabar New York Times. Di Amerika, semakin banyak orang beralih mencari informasi dan berkomunikasi lewat Internet daripada lewat media siar (Biagi, loc.cit.).

Internet dan media baru koevolusi dan koeksistensi dengan manusia zamannya. Di Indonesia, Internet merasuki dan mengubah gaya hidup dan budaya manusia, terutama di kota-kota besar. Orang berbelanja melalui Internet. Orang juga berkomunikasi dengan keluarga teman, dan rekan bisnis melalui Internet. Orang ingin mendapat informasi juga melalui Internet.

Media baru bukan hanya memudahkan orang mengakses segala informasi, tetapi juga media baru mem-push segala informasi apa saja, diminta atau tidak diminta, dibutuhkan atau tidak dibutuhkan.

Daftar Pustaka
Biagi, Shirley. (2010). Media/Impact. An Introduction to Mass Media. Boston: Wadsworth.
Comer, Douglas E. (2007). The Internet Book. New York: Pearson.
Chun, Wendy Hui Kyong & Thomas Keenan. (2006). A History and Theory Reader New Media Old Media. New York: Routledge.
Jackson, John. “The Origin of the Internet and Hypertext” dalam http://www.htmlgoodies.com/beyond/reference/article.php/3639741/The-Origin-of-the-Internet-and-Hypertext.htm, diunduh 4 Februari 2011 pukul 14.58.
V. G. Cerf and R. E. Kahn, "A protocol for packet network interconnection", IEEE Trans. Comm. Tech., vol. COM-22, V 5, pp. 627-641, May 1974.

Tidak ada komentar: