Senin, 14 Februari 2011

Jurnalistik Sastrawi dan Perkembangannya di Indonesia



Setidaknya ada 14 nama atau alias untuk terminologi ini. The new journalism yang pada awal mula terinspirasi dari karya John Hersey, Hiroshima (1946)berkembang di Amerika Serikat. Tahun 1970-an, Tempo yang dipelopori Goenawan Mohamad menerapkan teknik reportase dengan gaya berkisah.

Fakta yang oleh media di Indonesia saat itu ditulis secara lempang, oleh Tempo ditulis dan disajikan dengan gaya bertutur. Tak heran, dalam Seandainya Saya Wartawan Tempo, GM mengklaim Tempolah pelopor jurnalistik sastrawi di Indonesia.

Mengapa Tempo enak dibaca dan perlu? Reportese berturur jawabannya. Buku ini panduan lengkap bagi wartawan, mahasiswa, dosen, penulis lepas, pengelola media untuk memahami asal usul, sejarah, ruang lingkup, dan perkembangan jurnalistik sastrawi di Indonesia.

Mengacu ke ranah akademik, dengan memerhatikan hasil studi Molly Blair (2006), diimbuh dengan kosep-konsep dasar jurnalistik sastrawi oleh Connery, serta menelusuri karya-karya jurnalistik pemenang hadiah Pulitzer, buku ini pertama di Indonesia yang mengupas ihwal jurnalistik sastrawi: sejarah, teori, know how, hingga contohnya.

Dalam buku ini juga dibeberkan alasan, mengapa penulis tidak menggunakan istilah "jurnalisme sastrawi", tetapi jurnalistik sastra.

Tidak ada komentar: