Selasa, 19 Januari 2010
Karet sebagai Primadona Kebun Rakyat
Karet, atau latinnya hevea brasilliensis, ialah tanaman kebun yang tidak merusak tanah. Artinya, setelah berproduksi tanah yang ditanami karet justru semakin subur. Ini karena sisa-sisa daun, ranting, serta cabang karet yang busuk menjadi humus.
Berdasarkan topografi dan sifat tanahnya, Kalimantan sangat cocok dijadikan pusat perkebunan karet. Selain komposisi tanahnya mendukung, menjual atau memasarkan komoditas itu sangat mudah. Bahkan, rakyat kebanyakan dapat membudidayakan tanaman itu dan dapat memasarkannya tanpa harus melalui jaringan pemasaran yang berbelit.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) di getah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet (hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini karena melukai (menyadap, atau istilah keren di Kalbar menoreh)kulit karet akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi.
Pohon lain yang mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan dandelion. Pohon-pohon tersebut tidak menjadi sumber utama karet, namun pada Perang Dunia persediaan karet orang Jerman dihambat, mereka mencoba sumber-sumber di atas, sebelum penciptaan karet sintetis.
Diyakini karet ditemukan Joseph Priestley, yang pada 1770 menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil.Di tempat asalnya, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Mesoamerika kuno menggunakan bola karet dalam permainan mereka (lihat: permainan bola Mesoamerika)
Menurut Bernal Diaz del Castillo, Conquistador Spanyol sangat kagum terhadap pantulan bola karet orang Aztek dan mengira bahwa bola tersebut dirasuki roh setan.
Di Brasil, orang lokal membuat baju tahan air dari karet.
Sebuah kisah menyebutkan orang Eropa pertama yang kembali ke Portugal dari Brasil dengan membawa baju anti-air tersebut menyebabkan orang-orang terkejut sehingga ia dibawa ke pengadilan dengan tuduhan melakukan ilmu gaib. Ketika karet dibawa ke Inggris, diamati bahwa benda tersebut dapat menghapus tanda pensil di atas kertas. Ini adalah awal penamaan "rubber" di Inggris.
Pohon karet para pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan; sekarang Asia merupakan sumber karet alami.
Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik. Namun, beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.
Karet hypoallergenic dapat dibuat dari Guayule.
Eksperimen awal pengembangan karet sintetis membawa ke penemuan Silly Putty.
Karet alami seringkali divulkanisasi, suatu proses yang memanaskan karet dan ditambah belerang untuk meningkatkan "resilience" dan elastisitas. Proses vulkanisasi meningkatkan durabilitas dan penggunaan karet dari 1830-an sampai sekarang. Pengembangan sukses vulkanisasi dihubungkan dengan Charles Goodyear.
Harga karet alam di pasar internasional mulai menggeliat dengan masuknya lagi pembeli asal China. Harga jual karet di pasar internasional awal pekan ini mencapai 2,12 US$ per kg dari sebelumnya yang sempat turun menjadi hanya 2,11 US$ per kg. Harga jual komoditas itu diperkirakan terus naik hingga minimal mencapai 2,17 US$ per kg.
Harga karet di pasar internasional sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah. Jika harga minyak mentah mahal, maka pabrikan pengguna karet sintetik beralih membeli karet alam dan begitu sebaliknya. Selain pengaruh harga minyak mentah, harga karet itu juga dipengaruhi dengan tindakan spekulan.
Bagaimana prospek karet di Kalbar? Sama saja, tetap cerah. Karena itu, membudidayakan karet secara besar-besaran sangat prospektif.
Saya sendiri menamam karet baru 1.000 batang, di atas areal tanah sekitar 4 hektar. Lokasi di desa Parus, Kecamatan Jangkang, di bawah kaki sebuah bukit. Di bawahnya mengalir anak sungai, tebingnya jalan bakal raya trans-Kalimantan yang melintas hingga Balai Sebut-Mukok. Bibit PB dan Himalaya saya beli dari sebuah kredit union di Bodok. Kini memasuki tahun ke-3.
Sementara untuk membantu memotivasi penduduk Jangkang, saya mengirim --dengan biaya pribadi-- 3 pemuda untuk magang di Sengoret, pada seorang pakar dan pengusaha perkebunan karet kenalan saya, M. Nuh. Tiga bulan pemuda itu belajar. Kini mereka siap menggelorakan semangat bertanam karet unggul di Jangkang.
Bibit baru saya datangkan, bersama Nuh, dari Palembang. Bibit unggul itu harus naik chargo. Setelah dua tahun, kini entresnya siap digunakan untuk dilakukan pengembangannya di Jangkang. Saya sendiri sudah menyemai sekitar 10 ribu anak karet. Nantinya, karet unggul itu dijual murah pada penduduk.
Ada gerakan menolak sawit di Kecamatan Jangkang karena terbukti tanaman itu merusak tanah. Karet memang lebih cocok dibudidayakan. Selain investasi tidak sebesar sawit, ia merupakan tanamah kebun ramah lingkungan.
Tengkawang, selain karet, juga merupakan tanaman yang bagus. Namun, tanaman ini lama baru dapat dipetik hasilnya. Selain buahnya baik dijadikan bahan minyak makan, glondongan kayunnya bagus.
Saya menanam tengkawang tahun 1975, kini diameter batangnya mencapai 1 meter. Sudah berbuah pula. Baru-baru ini, saya mengunjungi kebun tengkawang dan inilah hasil buahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar