Jumat, 01 Januari 2010

Elang, bukan Ayam

Di sebuah negeri entah berantah....

Seorang petani memelihara ayam di kandang belakang rumahnya. Ia juga memelihara seekor ayam mungil yang ditemukannya di hutan. Ia mencampurnya sekandang dengan ayam. Walau serupa, ayam mungil ini tampak aneh di antara bangsa ayam yang lain.

Walau aneh, anak ayam ini tidak kesulitan hidup di antara hewan berbulu dan bersayap sesama unggas di satu kandang. Tapi ia tetaplah seekor ayam karena sehari-hari bergaul dan bertindak seperti ayam juga. Ia coba makan makanan ayam. Belajar mengais dengan cakarnya. Belajar berkokok. Dan dalam sekejap, ia bisa.

Si mungil juga sama seperti ayam-ayam yang lain. Tak pernah tahu jika di luar begitu luas dan bebas. Juga banyak makanan yang jauh lebih lezat dibanding yang disajikan di kandang. Ia tidak tahu bahwa ada langit biru di atas atap. Ia pun tak pernah merasa kehangatan sinar surya karena tak pernah tembus masuk bilik kandang.

Hingga suatu hari, seorang bijak datang. Ia berkata kepada sang petani,“Hei, si mungil itu bukan ayam. Ia elang.”

Maka jawab si petani, “Eh, eh, bukan, bukan, bukan, kawan. Itu memang ayam. Hanya kelakuannya seperti anak ayam.”

Orang bijak tadi mohon dengan santun, "Maaf, sudikah si mungil itu kau berikan pada saya?"

"Untuk apa?"

"Saya kembalikan dia ke habitatnya. Dia akan jadi makhluk di atas ayam, karena dia elang."

Dan si petani memberikan si mungil pada orang yang berpengetahuan itu.

Si bijak lalu mengambil anak ayam yang tampak aneh tadi. Ia membawanya mendaki bukit, menunggu hingga matahari terbit. Kemudian, meletakkan anak ayam yang aneh itu ke arah matahari dan berkata, “Hei elang, terbanglah ke angkasa!”

Anak ayam itu terkejut. Serta merta merentangkan kedua sayapnya. Dikepakkan. Lalu terbang setinggi tingginya. Menembus langit biru hingga jauh.

Demikian pula Tuhan berkata kepada kita, "Kamu semua bukan ayam. Kamu elang. Kepakkan sayapmu, elang, terbanglah!"

Dan Tuhan ingin agar kita membangunkan diri sendiri, merentang dan mengepakkan sayap-sayap kita. Lalu terbang dan membubung tinggi, tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri, baik, dan indah. Bangkit menuju belas kasih, lemah lembut, lagi peduli pada sesama makhluk hidup. Bangkit jadi apa yang Tuhan inginkan: elang, bukan ayam. Gali potensi, kembangkan talenta. Itulah tanggung jawab kita sebagai manusia.

Kadang kita butuh orang bijak yang mencelikkan, sekaligus mengingatkan bahwa kita bukan ayam.

Memasuki tahun 2010, mari lihat diri kita bukan ayam, tapi elang.

2 komentar:

ChristinA Toar mengatakan...

Bagus pak... memotivasi sekali...
tumbs up dhee.. ^^
siapa yang buat ni? bapak sendiri?

R. Masri Sareb Putra mengatakan...

Ya, cerita ini asli buatan saya. Saya juga penulis cerita anak lho... dan juga instruktur Bengkel Penulisan Cerita Anak Pusat Perbukuan.